Norman Adi Satria: Hei, para calon penguasa! Sekali-kali kami juga ingin teriak: Ikeh-ikeh kimochi! Bukan malah susah ngaceng dan ejakulasi dini! [...]
Norman Adi Satria: Begitu banyak identitas temporal yang kita sandang sehari-hari, termasuk sebagai pendukung Prabowo atau Jokowi. Sayangnya kita kerap lupa identitas permanen yang kita sandang: sebagai manusia, sebagai bangsa. [...]
Wiji Thukul: Aku bukan artis pembuat berita, tapi aku memang selalu kabar buruk buat penguasa. Puisiku bukan puisi tapi kata-kata gelap yang berkeringat dan berdesakan mencari jalan. [...]
Wiji Thukul: Menjadi diri sendiri adalah tindakan subversi di negeri ini. Maka selalu siaga polisi, tentara, hukum dan penjara bagi siapa saja yang menolak menjadi orang lain. [...]
Norman Adi Satria: Jangankan anak-anak, kulkas, tv, mesin cuci, setrika, bpkb motor, handphone china, dan cincin kawin pun kami sekolahkan, setinggi-tingginya. [...]
Goenawan Mohamad: ADA suatu baru, seorang penulis muda menyatakan pendapatnya: ”Sekarang ini tiba waktunya kita mengarahkan mata kita ke Barat.” Penulis itu adalah S. Takdir Alisjahbana. [...]
Kahlil Gibran: Betapa anehnya, Anakku, bahwa dua burung yang terhormat ini harus saling menyerang. Tidakkah langit cukup luas untuk mereka berdua? [...]
WS Rendra: Menghisap sebatang lisong, melihat Indonesia Raya, mendengar 130 juta rakyat, dan di langit dua tiga cukong mengangkang, berak di atas kepala mereka. [...]
Norman Adi Satria: Pada suatu hari anak seorang bandit menjadi polisi. Pemirsa ribut menerka endingnya, kepada siapa anak bakal jadi durhaka, ayahanda ataukah negara? [...]
Norman Adi Satria: Selagi layarmu koyak dan bahteramu menabrak karang, kau cumi-cumi hitamkan angin lantaran tiada lagi yang bisa kau kambing hitamkan di lautan. [...]
Norman Adi Satria: "Masa sih kamu begitu mudahnya percaya berita hoax bahwa aku tidak lagi mencintaimu?" kata pejabat yang baru beberapa tahun jadian dengan rakyatnya. [...]