Norman Adi Satria: Kisah cinta kita dimulai dengan sangat sederhana. Ketika itu plastik gorenganku koyak. Tempe mendoan, dages, dan tahu brontak jatuh berserak. [...]
Norman Adi Satria: Tidak sedikit omongan semena-mena yang berniat durjana sengaja dilabeli "puisi" lengkap dengan tipografinya supaya terhindar dari problema. [...]
Norman Adi Satria: Apa cincin kawin itu kita tukar saja dengan beras? Bukankah menghindarkan kekasih dari busung lapar lebih pantas disebut tanda cinta ketimbang logam yang melingkar di jemarinya? [...]
Norman Adi Satria: Mantanmu itu memang istimewa ya, aku selalu melihat embun menghiasi pipinya. Pipi yang selalu pagi. Kadang terdengar suara burung bernyanyi. [...]
Norman Adi Satria: Entah apakah suatu saat kelak foto itu bakal di pajang pada bungkus rokok dengan embel-embel tulisan "Rokok Membunuh Chairil" atau tidak. [...]
Norman Adi Satria: Jangankan anak-anak, kulkas, tv, mesin cuci, setrika, bpkb motor, handphone china, dan cincin kawin pun kami sekolahkan, setinggi-tingginya. [...]
Norman Adi Satria: Dengar, ya! Kamu boleh romantis, tapi jangan merusak lingkungan! Kertas ini terbuat dari pohon! Dan sungai ini bisa cemar oleh gombalanmu! [...]
Norman Adi Satria: Tahu bahwa manusia bakal rakus maka Tuhan menciptakan giginya begini: delapan gigi depannya gigi kelinci, di sampingnya empat taring macan, di bagian belakang berderet gigi sapi. [...]
Norman Adi Satria: Begitulah, setiap suami akan merindukan tangisan istrinya kerna tiap kali berairmata ia akan minta dimanja-manja. Tapi jika ia cemberut, serasalah diri menjadi duda. [...]
Norman Adi Satria:Sudah kubilang, ada lagu yang kalau bisa jangan sampai terdengar di telingaku. Bila sampai terdengar, aku ingin lagu kita itu mengalun seindah yang kita nyanyikan dulu. [...]
Joko Pinurbo: Ia ngacir tanpa celana dan berkelana mencari kubur ibunya hanya untuk menanyakan, "Ibu, kausimpan di mana celana lucu yang kupakai waktu bayi dulu?" [...]
Joko Pinurbo: Konon, setelah berlayar mengelilingi bumi, Colombus pun akhirnya menemukan sebuah benua baru di dalam celana dan Stephen Hawking khusyuk bertapa di sana. [...]
Joko Pinurbo: Kini, tanpa celana, aku datang menjemputmu di kamar mandi yang bertahun-tahun mengasuhmu. Kupeluk tubuhmu yang penuh goresan waktu. [...]