Rindu dan Luka – Puisi Norman Adi Satria
Norman Adi Satria: Maaf, aku sudah melupakan hafalanku. [...]
Puisi Mini
Netizen Senior – Puisi Norman Adi Satria
Norman Adi Satria: Sepuluh tahun lalu ku-add friend gadis-gadis Facebook yang cantik jelita dan bohay itu. Barangkali ada yang kecantol satu. [...]
Pertanyaan dari Seseorang yang Ditinggalkan – Puisi Norman Adi Satria
Norman Adi Satria: Jika Tuhan mengizinkan kita bertemu lagi, aku hanya ingin bertanya padamu... [...]
Pegal Linu – Puisi Norman Adi Satria
Norman Adi Satria: Ada tulang yang patah tengah malam dan pagi telah menjadi kamu. [...]
Pribumi VS Primars – Puisi Norman Adi Satria
Norman Adi Satria: Tak disangka-sangka, planet Mars yang awalnya diyakini tak berpenghuni ternyata ditinggali penduduk asli yang menamai diri: Primars! [...]
Boleh Dendam Tapi Jangan Bego – Puisi Norman Adi Satria
Norman Adi Satria: Ia mengeduk sebuah kubur, mencekik leher benulang. Ia maki: lu mau hidup lagi, hah?! [...]
Mantanku Kupu-Kupu – Puisi Norman Adi Satria
Norman Adi Satria: Mantanku seekor kupu-kupu. Kupacari ia saat masih ulat bulu. [...]
Kembali Semula (Sajak Es Lilin) – Norman Adi Satria
Norman Adi Satria: Ia pernah menjadi es lilin, kini mencair ditinggalkan dingin. [...]
Aubade – Puisi Sapardi Djoko Damono
Sapardi Djoko Damono: Percik-percik cahaya. Lalu kembali hijau namamu, daun yang menjelma kupu-kupu. [...]
Catatan Masa Kecil, 4 – Puisi Sapardi Djoko Damono
Sapardi Djoko Damono: Ia tak pernah sempat bertanya kepada dua kali dua hasilnya sama dengan dua tambah dua sedangkan satu kali satu lebih kecil dari satu tambah satu. [...]
Di Depan Pintu – Puisi Sapardi Djoko Damono
Sapardi Djoko Damono: Di depan pintu: bayang-bayang bulan terdiam di rumput. [...]
Aku Tengah Menantimu – Puisi Sapardi Djoko Damono
Sapardi Djoko Damono: Aku tengah menantimu, mengejang bunga randu alas. di pucuk kemarau yang mulai gundul itu [...]
Ruang Ini – Puisi Sapardi Djoko Damono
Sapardi Djoko Damono: Seberkas bunga plastik di atas meja, asbak yang penuh, dan sebuah buku yang terbuka pada halaman pertama. Kaucari catatan kaki itu, sia-sia. [...]
Balada Orang Miskin – Puisi Kiriman: Widjayanti Ning Tyas
Widjayanti Ning Tyas: Mereka terus menerka tanya. Apakah harga BBM naik lagi? Risau orang miskin memecah sunyi. [...]
Terhapus – Puisi Norman Adi Satria
Norman Adi Satria: Kamu hanya membaca yang kupertahankan. Kamu tidak tahu apa yang telah terhapus: kata-kata atau perasaan-perasaan. [...]
Halo Mantan 2 – Puisi Norman Adi Satria
Norman Adi Satria: Pacar baruku merayuku dengan puisimu! [...]
Aku dan Decrates – Puisi Kiriman: Saf Rin Karim
Saf Rin Karim: Karena aku bukan pilihan dan kamu bukan pikiran. [...]
Dendam – Puisi Chairil Anwar
Chairil Anwar: Berdiri tersentak dari mimpi aku bengis dielak. Tangan meraba ke bawah bantalku, keris berkarat kugenggam di hulu. [...]
Yang Terampas dan Yang Putus – Puisi Chairil Anwar
Chairil Anwar: Tapi kini hanya tangan yang bergerak lantang. Tubuhku diam dan sendiri, cerita dan peristiwa berlalu beku. [...]
Orang Berdua (Dengan Mirat) – Puisi Chairil Anwar
Chairil Anwar: Matamu ungu membatu. Masih berdekapankah kami atau mengikut juga bayangan itu? [...]
Surat Kepada Dunia – Puisi Ajip Rosidi
Ajip Rosidi: Bukankah itu maumu? Kepalsuan, di mana orang tertawa hampa dengan jiwa luka. [...]
Lautan Maha Dalam – Puisi Ajip Rosidi
Ajip Rosidi: Lautan maha dalam! Tak kuketahui betapa sunyi dasarmu. Kausembunyikan badai dalam ketenangan yang syahdu. [...]
Rampas (Pelukan Hampa) – Puisi Ajip Rosidi
Ajip Rosidi: Gadis di pelukan orang. Sejuk angin ke dada, pelukan hampa. [...]
Piknik (Sehari Cuma Kami Bercinta) – Puisi Ajip Rosidi
Ajip Rosidi: Perawan putih berperahu ke pulau bersamaku. Pelabuhanku membuka ke segala pantai. [...]
Mandi (Inti Suara Sang Sunyi) – Puisi Wiji Thukul
Wiji Thukul: Saya mengganggu sunyi? Saya merindukan sunyi. [...]
Tiga Sajak Pendek – Wiji Thukul
Wiji Thukul: Kembali sepatuku jebol (dua puluh tahun hidup cuma cerita saja). [...]
Toleransi – Puisi Norman Adi Satria
Norman Adi Satria: Tuhan, apakah di surga nanti masih ada toleransi? [...]
Burung Dara Pagi Terbang – Puisi Wiji Thukul
Wiji Thukul: Pagi berangkat kerja, sore tertegun, bintang di kamarku mengganti angka-angka kalender [...]
Menolak Move On – Puisi Norman Adi Satria
Norman Adi Satria: Dengan tetap mengingatmu, aku masih sanggup untuk sakit berulang kali. Sakit yang takkan pernah lagi sesakit saat kau pergi. [...]
Keranjang – Puisi Joko Pinurbo
Joko Pinurbo: Di dalam keranjang ia tidurkan bayinya, bayi yang lahir dari rahim senja. [...]
Aku Berkaca (Ini muka penuh luka siapa punya?) – Puisi Chairil Anwar
Chairil Anwar: Ini muka penuh luka, siapa punya ? Kudengar seru menderu dalam hatiku. Apa hanya angin lalu ? [...]
Winternachten – Puisi Joko Pinurbo
Joko Pinurbo: Menggigil adalah menghafal rute menuju ibu kota tubuhmu. [...]
Bungkam – Puisi Norman Adi Satria
Norman Adi Satria: Bahagia tak perlu comel. Duka tak usah ngomel. [...]
Sidang Permainan – Puisi Norman Adi Satria
Norman Adi Satria: Anak-anak akhirnya memutuskan untuk bermain setan-setanan usai gagal membayangkan bagaimana caranya bermain tuhan-tuhanan. [...]
Selamat Pagi 2 – Puisi Norman Adi Satria
Norman Adi Satria: Aku melihat-Mu sesubuh tadi mengumpulkan pecahan malam, merangkaikannya menjadi pagi. [...]
Usia 44 – Puisi Joko Pinurbo
Joko Pinurbo: Dua ekor celana, dua ekor sepi, menggigil riang di atas kursi. [...]
Busuk – Puisi Wiji Thukul
Wiji Thukul: Derita sudah matang, bung, bahkan busuk. [...]
Matamu Sumber Inspirasi – Puisi Norman Adi Satria
Norman Adi Satria: Bentuk bola hanya meniru matamu. [...]
Kita Guyah Lemah (Sekali tetak tentu rebah) – Puisi Chairil Anwar
Chairil Anwar: Mari tegak merentak. Diri-sekeliling kita bentak. [...]
Jam – Puisi Wiji Thukul
Wiji Thukul: Tak usah terkejut pun, putar jarum jam akan merajutmu. [...]
Mendongkel Orang-Orang Pintar – Puisi Wiji Thukul
Wiji Thukul: Dunia bergerak bukan karena omongan para pembicara dalam ruang seminar yang ucapannya dimuat di halaman surat kabar. [...]
Kota (Bahasa sibuk adalah bahasa kota) – Puisi Wiji Thukul
Wiji Thukul: Bahasa cinta sudah kita jual. Hidup jadi toko serba-otomatis, sulit terharu, lupa meditasi. [...]
Kucing, Ikan Asin, dan Aku – Puisi Wiji Thukul
Wiji Thukul: Seekor kucing kurus menggondol ikan asin laukku untuk siang ini. Aku meloncat, kuraih pisau, biar kubacok dia, biar mampus! [...]
Tuhan Sudah Bilang “Jadilah” – Puisi Norman Adi Satria
Norman Adi Satria: Tuhan sudah bilang "jadilah". Kita saja yang bilang "nggak jadi aja deh". [...]
Menelanjangi Kata – Puisi Norman Adi Satria
Norman Adi Satria: Malam itu akhirnya berani juga aku menelanjangi kata. Napsuku tak lagi bisa dibendung kala melihat betapa seksinya makna. [...]
Tidur Dalam Mimpi – Puisi Norman Adi Satria
Norman Adi Satria: Untunglah, saat aku tidur dengannya, aku memimpikanmu. [...]
Akar-Akaran – Puisi Norman Adi Satria
Norman Adi Satria: Kerja 'serabut'an jangan berharap dapat 'tunjang'an, yang ada nasib kita di'gantung'kan. [...]
Mabuk Perjalanan (Bus bau korupsi) – Puisi Norman Adi Satria
Norman Adi Satria: Jujur, bus yang kita tumpangi ini bau sekali. Apa, Nduk? Masa sih ini bau korupsi? [...]
Malam Tanpa Bunyi – Puisi Norman Adi Satria
Norman Adi Satria: Tidak semua menyenangi gemericik air, Nak. Ada yang menganggapnya berisik. Ada yang ingin malam ini sunyi. [...]
Sudahkah Aku Seanjing Itu? – Puisi Norman Adi Satria
Norman Adi Satria: Setia mengabdi kepada tuan yang terus memaki: najis! haram! asu! aku? [...]
