Norman Adi Satria: Susahmu selamanya melebihiku. Kau tak pernah mau melibatkanku dalam remuknya jiwamu, dalam setiap gelisahmu. "Jangan, Nak, kau kini punya gelisahmu sendiri." katamu. [...]
Joko Pinurbo: Semoga anakku yang pemberani, yang jauh merantau ke negeri-negeri igauan, menemukan jalan untuk pulang; pun jika aku sudah lapuk dan karatan [...]
Joko Pinurbo: Pada usia lima tahun ia menemukan tahilalat di alis ibunya, terlindung bulu-bulu hitam lembut, seperti cinta yang betah berjaga di tempat yang tak diketahui mata. [...]
Joko Pinurbo: Telepon berkali-kali berdering, kubiarkan saja. Sudah sering aku terima telepon dan bertanya "Siapa ini?", jawabnya cuma "Ini siapa?" [...]
Joko Pinurbo: Sudah ada beberapa lelaki misterius yang mengaku-aku sebagai ayah saya. Sayang, saya tak butuh pahlawan kesiangan. Lagi pula, saya lebih suka membiarkan diri saya tetap menjadi milik rahasia. [...]
Dan si anak berkata, “Oh, wanita pembenci, egois dan tua bangka! Yang berdin' di antara kebcbasanku dan aku! Yang ingin me-miliki hidupku dan mengubahnya menjadi tiruan hidupmu yang suram! Kuharap kau mati!” [...]
(Joko Pinurbo) : Tenang saja, tak usah khawatir. Aku berani pergi sendiri ke kamar mandi. Aku akan baik-baik saja. Tak ada hantu yang perlu ditakuti. [...]
(Norman Adi Satria): Sekejap pulang melalui pencitraan satelit, mengingat bayang-bayang ibu yang diam-diam dulu kubilang pelit karena membuat malam mingguku begitu sulit. [...]
(Norman Adi Satria) : Pagi ini aku membaca kerutmu, ibu
untuk memahami apakah istriku bahagia dengan laku yang kutiru dari catatan-catatan ayahku [...]
(Norman Adi Satria) : Malam ini nenek renta itu kembali mengunyah serpihan sepi di teras rumahnya yang nyaris roboh. Bersama dengung serangga malam dia mulai merintih sedih. [...]
Cuplikan Puisi "Bunga Untuk Makam Ibu"
(Norman Adi Satria) :
(Norman Adi Satria) : "Sri, lihat anakmu. Dia makin lihai memilah sampah. Semoga dia pun pandai memilah hidup."
[...]