Kahlil Gibran: Betapa anehnya, Anakku, bahwa dua burung yang terhormat ini harus saling menyerang. Tidakkah langit cukup luas untuk mereka berdua? [...]
Kahlil Gibran: Ya, aku sudah puas, bahkan, aku lelah untuk makan dan minum; tetapi aku takut bahwa esok hari tidak akan ada lagi tanah untuk makan dan lautan untuk minum. [...]
Kahlil Gibran: Bernyanyilah seekor naga betina yang menjaga tujuh gua di lautan: Dalam bulan sabit aku akan melahirkan Santo George yang memenggalku. [...]
Kahlil Gibran: Datanglah, oh kematian yang manis, dan ambillah aku dari tetanggaku yang melihatku sebagai orang asing karena aku menerjemahkan kepada mereka bahasa malaikat. [...]
Kahlil Gibran: Lebih baik aku terbakar dan berubah menjadi abu berwarna putih daripada menderita dalam kegelapan yang menyentuhku atau mengotoriku. [...]
Kahlil Gibran: jiwa para filosof bersemayam dalam kepalanya, jiwa penyair ada dalam hatinya, jiwa penyanyi melingkari tenggorokannya, namun jiwa penari mengelilingi sekujur tubuhnya. [...]
Kahlil Gibran: "Raja gila. Raja kita dan menterinya telah kehilangan nalar. Tentu kita tidak mungkin diperintah oleh raja yang gila. Kita harus menurunkan dia dari tahtanya." [...]
Kahlil Gibran: Seekor rubah melihat ke arah bayangannya di bawah sinar matahari dan berkata, "Aku akan memiliki seekor unta untuk makan siang hari ini." [...]
Kahlil Gibran: “Jika kita mencintai, cinta kita bukanlah dari kita, atau bukan untuk kita. Jika kita bergembira, kegembiraan kita tidak ada dalam diri kita, tetapi dalam Kehidupan itu sendiri. Jika kita berduka, sakit kita tidak berada dalam luka kita, tetapi di dalam jantung Alam" [...]
Kahlil Gibran: Manusia dan aku adalah kekasih. Ia menginginkanku dan aku menantinya, Namun, antara kami muncul Seorang musuh yang membawa penderitaan. Ia kejam dan menuntut, Memiliki daya tarik kosong. Namanya adalah substansi. [...]
Dan si anak berkata, “Oh, wanita pembenci, egois dan tua bangka! Yang berdin' di antara kebcbasanku dan aku! Yang ingin me-miliki hidupku dan mengubahnya menjadi tiruan hidupmu yang suram! Kuharap kau mati!” [...]