Sajak Burung (Masih dekat dengan Malaikat) – Subagio Sastrowardoyo
Subagio Sastrowardoyo: Burung masih dekat dengan malaikat karena bersayap dan berbisik dengan kepak [...]
Puisi Filosofi dan Filsafat
Nasihat Nyai Ontosoroh Kepada Minke Tentang Azas – Pramoedya Ananta Toer
Pramoedya Ananta Toer: Barangsiapa tidak tahu bersetia pada azas dia terbuka terhadap segala kejahatan: dijahati atau menjahati [...]
Sajak Filsafat: Apa Itu Kebenaran? – Norman Adi Satria
Norman Adi Satria: Pilatus mungkin telah membaca tetralogi Plato dan hanya mendapati Socrates gagal menemukan arti kebenaran. Socrates hanya menemukan metode mengubah argumen yang lemah menjadi kuat. [...]
Sajak Penyair – Ajip Rosidi
Ajip Rosidi: adapun penyair lahir membangkitkan kematian para penyihir. [...]
Seandainya Kau Masih Hidup – Norman Adi Satria
Norman Adi Satria: Seandainya kau masih hidup apa yang ingin kau ucapkan kepada orang-orang yang kini merindukan bualanmu? [...]
Puisi Nyanyian Keberuntungan (Manusia Adalah Kekasihku) – Kahlil Gibran
Kahlil Gibran: Manusia dan aku adalah kekasih. Ia menginginkanku dan aku menantinya, Namun, antara kami muncul Seorang musuh yang membawa penderitaan. Ia kejam dan menuntut, Memiliki daya tarik kosong. Namanya adalah substansi. [...]
Tuhan Baik dan Tuhan Jahat (The Good God And The Evil God) – Kahlil Gibran
Tuhan Baik berkata, “Namun aku juga sering dikira kau dan dipanggil dengan namamu.” Tuhan Jahat berjalan menjauh dan mengutuk kebodohan manusia. [...]
Penggali Kubur (The Grave-Digger) – Kahlil Gibran
“Mereka datang sambil menangis dan pulang juga sambil menangis, kau datang sambil tertawa dan kau pergi juga sambil tertawa.” [...]
Bumi yang Merah – Karya: Kahlil Gibran (Percakapan Lelaki dan Sebatang Pohon)
Kata sebuah pohon pada seorang laki-laki, “Akarku menghunjam ke dalam bumi yang merah, dan karena itu aku harus mem-berimu buah-buahan.” [...]
Sajak Perenungan: Penyair Tardji (Ya Allah, sajak terindah kutemu Kau dalam berdarah)
Joko Pinurbo: Tardji minta bir buat pesta di malam buta. “Sampai tuntas pahit-asamnya. Sampai pecah ini botolnya.” [...]
Yang Fana Adalah Waktu (Kita abadi) – Puisi Sapardi Djoko Damono
Sapardi Djoko Damono: Yang fana adalah waktu. Kita abadi. [...]
Puisi Toleransi Agama: Y dan M (Dua Nabi yang Umatnya Gemar Berkelahi)
(Norman Adi Satria) : kedua kumpulan umatnya berdebat meributkan mana yang lebih mulia: ara atau kurma. Padahal ini bukan soal buah-buahan. [...]
Dalam Sakit – Puisi Norman Adi Satria
Norman Adi Satria: Tuhan membiarkanmu melukaiku dan mengizinkannya merawat sakitku [...]
Puisi Religi: Kusyuk (Tertawa-tawa dalam doa)
(Norman Adi Satria) : Ia tak sedang berduka, justru ia tengah bersenda gurau tertawa bersama Tuhan. [...]
Ibu Hujan dan Ibuku – Puisi Norman Adi Satria
Norman Adi Satria: "Nak, jangan hujan-hujanan, nanti kamu sakit!" Teriakan seorang ibu terdengar sayup dari balik gerimis. [...]
Puisi Nasihat: Bergembiralah (Filosofi soda gembira)
(Norman Adi Satria) : Jangan seperti soda, sudah dikasih susu saja belum gembira. [...]
Puisi Perenungan: Kepadamu Airmata Ini Kukembalikan (Airmata yang paling airmata)
(Norman Adi Satria) : Airmatamu masih basah seperti semula saat kau meneteskannya di pundakku sembari berbisik di telinga : Ini airmataku yang paling duka, jagalah baik-baik, kelak aku akan membutuhkannya." [...]
Puisi Filsafat: Jubah Ketelanjangan (Suatu saat aku akan menelanjangimu!)
(Norman Adi Satria) : Kebenaran tengah mengenakan jubah terindah dan yang paling bijaksana yaitu ketelanjangan. [...]
Anak Seorang Perenung – Puisi Norman Adi Satria
Norman Adi Satria: Ayahku memang agak egois untuk urusan sengsara. Dalam artian dia tak ingin orang lain turut andil dalam kesengsaraannya. [...]
Harga Kejujuran – Puisi Norman Adi Satria
Norman Adi Satria: Kejujuran adalah mata uang ilahi. Dengan kejujuran, saya telah membayar lunas diri saya sendiri. [...]
Malam 2 – Puisi Norman Adi Satria
Norman Adi Satria: Malam, apa yang kau lakukan ketika malam? Kemudian malam menjawab: Aku hanya perlu menjadi diriku sendiri.
[...]
Puisi Renungan Cinta: Ketika Senja Tak Jingga (Mesra tak perlu menunggu senja ataupun jingga)
(Norman Adi Satria) : Mesra tak perlu menunggu jingga ataupun senja. Bermesraan adalah keputusan yang tak perlu menunggu keadaan. [...]
Kalah Hompimpah – Puisi Norman Adi Satria
Norman Adi Satria: Nang, mbok yo kamu jangan cengeng jadi bocah! Sebentar-sebentar nangis, misuh-misuh. Malulah sama musuh! [...]
Fakta dan Rahasia – Puisi Norman Adi Satria
Norman Adi Satria: Di bibir manusia jujur hanya ada dua kata: fakta dan rahasia. [...]
Puisi Kebangsaan: Kaburnya Bendera Pusaka (Bosan dengan basa-basi ceremonial) – Norman Adi Satria
(Norman Adi Satria) : Bendera yang telah lusuh itu pun rupanya juga butuh kemerdekaan tak ingin hanya jadi pajangan setiap kali tujuhbelasan. [...]
Puisi Toleransi: Aku Bukan Islam (Ketika kita perbincangkan Indonesia)
(Norman Adi Satria) : Dalam bicara Indonesia kepercayaan maupun ketidakpercayaan tak selayaknya menjadi alasan tuk saling bermusuhan. [...]
Menjadi Binatang Atau Manusia – Puisi Norman Adi Satria
Norman Adi Satria: Demi menjadi dirinya, manusia harus belajar untuk tidak menjadi anjing, harimau, tikus, kecoa, atau kutu busuk. [...]
Macan dan Garuda – Puisi Norman Adi Satria
Norman Adi Satria: Tak usahlah mimpi jadi macan bila negeri sebelah sudah jadi pemburu [...]
Penyair dan Tuhannya – Puisi Norman Adi Satria
Norman Adi Satria: Mungkin aku hanyalah fiktif yang dikagumi dan dipuja sajak-sajaknya namun tak dipercaya bahwa aku ada. [...]
Puisi Menyedihkan: Mencicil Tangis (Menangis hari ini untuk kesedihan esok hari)
(Norman Adi Satria) : Aku menangis hari ini lantaran esok kutahu duka akan menganga, supaya esok aku tak perlu menangis lagi. [...]
Belajar Hujan – Puisi Norman Adi Satria
Norman Adi Satria: Gerimis adalah permainan anak-anak awan yang belajar hujan. Bagimu yang bangun kesiangan akan menyangkanya embun di dedaunan. [...]
Puisi Perenungan: Es Krim (Karena takdirnya es krim akan mencair)
(Norman Adi Satria) : Aku hanya ingin pulang cepat, Nak. Agar es krimmu tetap beku. Karena takdirnya es krim akan mencair, di bungkusnya atau di mulutmu. [...]
Melawan Insomnia – Puisi Norman Adi Satria
Norman AdI Satria: Bagiku dan insomnia tidur dan bangun serta segala yang ada di dalamnya adalah keputusan. [...]
Kataku Kepada Saya – Puisi Norman Adi Satria
Norman Adi Satria: "Ah, puisimu begitu-begitu saja." kataku kepada saya. [...]
Puisi Pertapa Dan Tuhannya (Front Pembukti Keberadaan Tuhan)
Norman Adi Satria: "Kau tak perlu menjadi Front Pembukti Keberadaan Tuhan. Cukuplah kau beriman." [...]
Tampang Pengemis (Jual Tampang) – Puisi Norman Adi Satria
Norman Adi Satria: Jual tampang harus modal tampang. Tak ada tampang, ya harus menjual yang lain selain tampang. [...]
Dua Lalat di Cangkir Kopi – Puisi Norman Adi Satria
Norman Adi Satria: Cobalah tengok dua lalat yang mengambang di cangkir kopiku, lalu telaah mengapa mereka mati, apakah sebuah pilihan atau sebuah takdir? [...]
Sajak Manusia Seribu Tanya (dan Tuhan bermilyar jawab)
Norman Adi Satria: Manusia Seribu Tanya bersua dengan Tuhan Bermilyar Jawab di sebuah perjalanan batin. Mereka saling melempar senyum bak kepada sahabat lama. [...]
Sajak Perenungan: Operasi
Norman Adi satria: Dia menyaksikan aku tengah membelah kepala membelah dada, menyatukan isi dalam keduanya dan meletakkannya pada selembar kertas. [...]
Mas Alalu & Mas Akini – Puisi Norman Adi Satria
Norman Adi Satria: Mas Akini, tanpaku kau tak pernah ada. Kau juga akan jadi aku, ketika Mas Adepan datang! [...]
Puisi Wedhang (Filosofi Perjalanan Banyu Menjadi Matang) – Norman Adi Satria
Norman Adi Satria: Nanti saat bel corongku berbunyi, kau takkan disebut Banyu lagi. [...]
Kata dan Makna – Puisi Norman Adi Satria
Norman Adi Satria: Dalam kata selalu ada makna-makna. Makna tak selalu butuh kata-kata. [...]
Negeri Anu – Norman Adi Satria
(Norman Adi Satria) : Di negeri Anu, anu adalah hal yang paling utama, selalu dijunjung tinggi dan menjadi kaidah mutlak dalam semua kegiatan Anu-sia. [...]
Sajak Lamun (Mimpi yang bukan dalam tidur) – Norman Adi Satria
Norman Adi Satria: Mimpi yang bukan dalam tidur
adalah lamunan, meski kau lebih senang menyebutnya renungan. [...]
Lakon (Semar) – Puisi Norman Adi Satria
Norman Adi Satria: Wayang yang tak pernah merasakan pengap dan gelap pekatnya kotak penyimpanan hanyalah wayang pajangan, atau barang dagangan. [...]
Gerbang Pemikiran – Puisi Norman Adi Satria
Norman Adi Satria: Ada gerbang terbuka, untuk memasukinya tidak bisa dengan melangkah, namun diam termenung, merenung, tafakur. [...]
Api Setelah Padam – Puisi Norman Adi Satria
Norman Adi Satria: Aku tengah mencari tahu: kemana perginya api setelah ia padam? [...]
Puisi Kepada Kata – Norman Adi Satria
Norman Adi Satria: Kata, lebih dari dari ratusan kini anakmu: puisi-puisi lucu hingga yang memilih kabur dari rumahku, mungkin untuk mencarimu, ibunya. [...]
Puisi Etnis Tionghoa: Wasiat Imlek – Norman Adi Satria
Norman Adi Satria: Kalian harus menyejajarkan Capcai dengan Gudeg; Puyung hai dengan Mendoan; Bacang dengan Arem-arem; [...]
Puisi Perenungan: Logika Hati (Melogikakan kata hati, meng-hati-kan kata logika)
(Norman Adi Satria) : Hati-hati pakai logika berlogikalah dengan hati [...]
