Norman Adi Satria: Begitulah, setiap suami akan merindukan tangisan istrinya kerna tiap kali berairmata ia akan minta dimanja-manja. Tapi jika ia cemberut, serasalah diri menjadi duda. [...]
Norman Adi Satria: Sebagaimana seorang wanita, Ibu tak segan berairmata demi suami yang butuh mengerti bahwa tangis wanita pertanda masih adanya hati. [...]
Norman Adi Satria: Susahmu selamanya melebihiku. Kau tak pernah mau melibatkanku dalam remuknya jiwamu, dalam setiap gelisahmu. "Jangan, Nak, kau kini punya gelisahmu sendiri." katamu. [...]
Sapardi Djoko Damono: Dan serbuk-serbuk hujan tiba dari arah mana saja (cadar bagi rahim yang terbuka, udara yang jenuh) ketika mereka berjumpa. Di ranjang ini. [...]
(Norman Adi Satria) : Duka hanya bilang: kau santai saja, seperti biasa. Tak perlu siapkan apa-apa, tak perlu menyumbang apa-apa, cukup sediakan waktu untuk kawan lama [...]
(Norman Adi Satria) : Airmatamu masih basah seperti semula saat kau meneteskannya di pundakku sembari berbisik di telinga : Ini airmataku yang paling duka, jagalah baik-baik, kelak aku akan membutuhkannya." [...]
Norman Adi Satria: Cermin itu terpasang di sebuah museum, gadis itu berdiri di belakangku, gerimis itu ada di raut wajahnya, tangis berderai di matanya, dan lara ada di sekujur dia. [...]