Cak Nun: Marilah kita bercinta pada tempatnya. Kaumencinta itu dan bersedia menerima apa yang mampu kuberikan, sementara aku pun mencintai penderitaanmu. [...]
Emha Ainun Nadjib: Kurang ajar betul gelandangan itu. Aku mengejarnya lebih cepat. Tetapi apakah aku sedang mengejarnya atau justru ia yang menarik kakiku untuk berjalan ke arah yang sama dengannya? [...]
Emha Ainun Nadjib: Sejak semula Tuhan memang bermaksud melepaskan anak demi anak panah ke seluruh bagian tubuh dan jiwa kita. Kenapa kita mesti memohon agar anak panah itu disimpan saja di pinggang Tuhan. Itu tindakan betina. [...]
Emha Ainun Nadjib (Cak Nun): Ingat Pancasila, ingat Idul Adha. Aneh, apakah karena pesta pengorbanan? Apakah karena di bumi Pancasila ini makin sedikit orang yang mau berkorban, makin banyak orang yang mengorbankan orang lain? [...]
Emha Ainun Nadjib (Cak Nun): Cerita memang sedikit bergeser ketika suatu hari ke desa saya itu datang seorang cowboy dari kota. Seorang mubalig modern. Pioneer yang menjajakan inovasi, pembaruan: Ini Islam Baru! Ini Baru Islam! [...]
Emha Ainun Nadjib (Cak Nun): Dagang adalah dagang. Kehidupan adalah keuntungan. Kemajuan ialah merebut peruntungan. Gobloklah siapa pun yang menolak keuntungan, seperti Pak Cendol itu. [...]