Remang-Remang – Puisi WS Rendra 0 Comments WS Rendra: Di langit remang-remang ada satu mata kelabu, aku bimbang apa cinta apa dendam menungguku. [...]
Tamu – Puisi WS Rendra 0 Comments WS Rendra: Kenangan malam, tak bisa ku tidur bila kau datang! [...]
Rumpun Alang-Alang – Puisi WS Rendra 0 Comments WS Rendra: Engkaulah perempuan terkasih, yang sejenak kulupakan, sayang. Kerna dalam sepi yang jahat tumbuh alang-alang di hatiku yang malang. [...]
Terpisah (Digenangi air adalah racun duka adalah wajahmu) – Puisi WS Rendra 0 Comments WS Rendra: Maut dan ribamu di ujung jalan itu. Digenangi air adalah racun duka adalah wajahmu. [...]
Malam Jahat – Puisi WS Rendra 0 Comments WS Rendra: Tersebar ratapan perempuan sial bagai merayap di atas jalan yang kekal. [...]
Spada – Puisi Cinta WS Rendra 0 Comments WS Rendra: Teriak angin di dada: Spada! Bila kau lelakiku yang serong, berpalinglah kiranya. [...]
Perempuan yang Menunggu – Puisi WS Rendra 0 Comments WS Rendra: Ia duduk di atas luka berbelai dengan hawa ia berkata: Saya sudah tua, dan disuruh saya: Duduk sajak di sana! Dan menanti! [...]
Setelah Pengakuan Dosa – Puisi WS Rendra 0 Comments WS Rendra: Tuhan adalah bunga-bunga mawar yang ramah. Tuhan adalah burung kecil berhati merah. [...]
Tanpa Garam – Puisi WS Rendra 0 Comments WS Rendra: Aku telah berjalan antara orang-orang tak berdosa, jemari lembut awan, air mata susu bunda. [...]
Bumi Hangus – Puisi WS Rendra 0 Comments WS Rendra: Di bumi yang hangus hati selalu bertanya apa lagi kita punya? Berapakah harga cinta? [...]
Kangen – Puisi WS Rendra 0 Comments WS Rendra: Membayangkan wajahmu adalah siksa. Engkau telah menjadi racun bagi darahku. [...]
Surat kepada Bunda: tentang Calon Menantunya – Puisi WS Rendra 1 Comment WS Rendra: Mamma yang tercinta, akhirnya kutemukan juga jodohku. Seseorang yang bagai kau: sederhana dalam tingkah dan bicara serta sangat menyayangiku. [...]
Ia Telah Pergi – Puisi WS Rendra 0 Comments WS Rendra: Semua lelaki ninggalkan ibu dan ia masuk serdadu. Kemudian ia kembang di perang; dan tertelentang. Bagi lain orang. [...]
Waktu – Puisi WS Rendra 1 Comment WS Rendra: Waktu seperti burung tanpa hinggapan, melewati hari-hari rubuh tanpa ratapan. [...]
Tak Bisa Kulupakan – Puisi WS Rendra 0 Comments WS Rendra: Tak bisa kulupakan hutan, tak bisa kulupakan muramnya kasih gugur, lembutnya kucup penghabisan. [...]
Ibunda (Engkau adalah bumi) – Puisi WS Rendra 0 Comments WS Rendra: Engkau adalah bumi, Mama. Aku adalah angin yang kembara. Kuciumi wajahmu wangi kopi dan juga kuinjaki sambil pergi. [...]
Tidurlah Intan – Puisi WS Rendra 0 Comments WS Rendra: Mata cerlang aduan rindu dan dendam, mata air yang meminta diri tenggelam. [...]
Stanza – Puisi WS Rendra 0 Comments WS Rendra: Ada burung, daun, kapuk, angin, dan mungkin juga debu mengendap dalam nyanyiku. [...]
Lagu Serdadu – Puisi WS Rendra 0 Comments WS Rendra: Wahai, tanah yang baik untuk mati! Dan kalau kuterlentang dengan pelor timah, cukillah ia bagi putraku di rumah. [...]
Lagu Angin (Sekali pergi menolak rindu) – Puisi WS Rendra 1 Comment WS Rendra: Aku pergi dan kakiku adalah hatiku. Sekali pergi menolak rindu. [...]
Lagu Sangsi (Hati lelaki yang terbagi) – Puisi WS Rendra 1 Comment WS Rendra: Hati lelaki yang terbagi adalah daging dibajak sangsi. Hati yang hidup untuk dua bunga adalah kali tersobek dua. [...]
Lagu Duka – Puisi WS Rendra 0 Comments WS Rendra: Ia tinggal lelucon setelah ciuman panjang, adapun ia yang malang bernama duka. [...]
Burung Hitam – Puisi WS Rendra 1 Comment WS Rendra: Ia bukanlah dari duka meski ia burung hitam. Burung hitam adalah cintaku padamu yang terpendam. [...]
Mata Hitam – Puisi WS Rendra 1 Comment WS Rendra: Dua mata hitam adalah mata hati yang biru. Dua mata hitam sangat kenal bahasa rindu. [...]
Kali Hitam – Puisi WS Rendra 1 Comment WS Rendra: Sunyi yang lahir dari tanya. Betapa menjalar ia, lidah yang berbisa! [...]