Joko Pinurbo: Buat orang semelankolia saya, membaca puisi sering lebih mujarab dari minum obat dan saya berusaha tidak telat minum puisi sebab akibatnya bisa gawat. [...]
Emha Ainun Nadjib: Namanya Bambang Suprihatin. Aku tidak tahu apakah orangtuanya bermaksud melatih putranya ini agar tahan terhadap segala keprihatinan. Dan kini apakah mereka mengetahui betapa anaknya lebih dari sekadar berprihatin? [...]
Emha Ainun Nadjib: Kurang ajar betul gelandangan itu. Aku mengejarnya lebih cepat. Tetapi apakah aku sedang mengejarnya atau justru ia yang menarik kakiku untuk berjalan ke arah yang sama dengannya? [...]
Emha Ainun Nadjib (Cak Nun): Cerita memang sedikit bergeser ketika suatu hari ke desa saya itu datang seorang cowboy dari kota. Seorang mubalig modern. Pioneer yang menjajakan inovasi, pembaruan: Ini Islam Baru! Ini Baru Islam! [...]
Cak Nun: Sang Bapak mengisap rokok kretek. Menghirup kopi tubruk. Mengisap pentil susu bumi. Mengirup samudra. Glegeken ludahnya Gusti Allah. Yang diisap pentil susu bumi, karena langit dianggap tak punya lagi pentil. [...]
Seno Gumira Ajidarma: Ikan makan ikan, apakah manusia tidak memakan manusia? Barnabas tidak terlalu peduli apakah ia pernah menjawab pertanyaannya sendiri. [...]
Putu Wijaya: Heran aku, Ibu ini kok keterlaluan! Pencuri sudah maling jambangan bunga, malah dirawat, dikasih makan dan pakaian, aku disuruh minta maaf lagi. Nanti apa kata tetangga kita?!!! [...]
Seno Gumira Ajidarma: Aku ingin memberikan sesuatu yang lebih dari sekedar kata-kata. Sudah terlalu banyak kata di dunia ini Alina, dan kata-kata, ternyata, tidak mengubah apa-apa. [...]
Raditya Dika: Sama seperti memasukkan barang-barang ke kardus, gue juga harus memasukkan kenangan-kenangan gue dengan orang yang gue sayang ke semacam kardus kecil. [...]
Norman Adi Satria: Entah mengapa Tuhan begitu menyayangi Cantika. Ketika ia tak jadi lahir sebagai yang pertama, ia pulang mendahului kedua kakaknya. [...]
Cak Nun: ”Ganti dengan gundulmu apa!” Nyonya Gondo meledak. ”Kauhanya sibuk bikin rencana dan sibuk berlagak pada tetangga. Aku tahu betul kaupulang bawa pasir hanya untuk memberi kesan kepada tetangga seolah-olah kita ini makmur dan akan kaya." [...]
Sujiwo Tejo: Jangan meremehkan aksara, walau cuma satu. Hanya ketambahan huruf "i", maka yahud yang semula berarti hebat drastis berubahlah menjadi pelit. Pernah dengar Yahudi, 'kan? [...]
Cak Nun: Tanah itu bukan milik Pandawa maupun Kurawa. Tanah itu milik rakyat, dan di manakah rakyat, di tengah jajaran wayang-wayang? Tentu tidak tertampung dalam kotak ki dalang. Di mana? [...]
Cak Nun: Sebenarnya aku punya harga diri yang tinggi, semacam keangkuhan, tapi setiap perempuan pada akhirnya akan menyadari bahwa keangkuhan hanyalah selapisan amat tipis dari kebutuhan perasaannya yang sebenarnya. [...]
Cak Nun: Dan, ini yang penting: ia tak menyetubuhiku! Aku makin gugup... Demikianlah, kami hanya bersetubuh batin. Begitu singkat, tapi segala yang kupertahankan di batinku, ambrol. [...]
Kahlil Gibran: "Raja gila. Raja kita dan menterinya telah kehilangan nalar. Tentu kita tidak mungkin diperintah oleh raja yang gila. Kita harus menurunkan dia dari tahtanya." [...]
Kahlil Gibran: Seekor rubah melihat ke arah bayangannya di bawah sinar matahari dan berkata, "Aku akan memiliki seekor unta untuk makan siang hari ini." [...]
(Norman Adi Satria) : Orang-orang menyebutnya: Pembaptis. Ada pula yang menyebutnya: Singa Padang Gurun. "Apakah itu Mesias?" Yesus bertanya-tanya dalam hati. "Mungkinkah itu Yohanes?" [...]