Ir. Soekarno: Kita tidak menuliskan rencana ini untuk Nasionalis-nasionalis yang tidak mau bersatu. Nasionalis-nasionalis yang demikian itu kita serahkan pada pengadilan riwayat, kita serahkan pada putusannya mahkamah histori! [...]
Norman Adi Satria: Sungguh tidak arif memeteraikan sepenggal sejarah di bahu para pembaharu; meyakini darah selamanya mengandung kutuk turun temurun dari leluhur. [...]
Humor Mukidi: Telah lama Jaya bertetangga dengan Mukidi, namun keduanya tak pernah bisa akur. Hal ini terjadi karena Mukidi merasa Jaya selalu ingin mengungguli dirinya. [...]
Sapardi Djoko Damono: Di beberapa negeri, bahasa asing milik bekas penjajah terpaksa harus dipergunakan sebagai semacam bahasa persatuan sebab di negeri yang bersangkutan tidak pernah ada kesepakatan yang bulat untuk mempergunakan salah satu bahasa yang ada sebagai bahasa persatuan. [...]
Norman Adi Satria: Dalam bicara merah darah terbayangkankah ngerinya darah yang tertumpah? Dalam teriak putih tulang terbayangkankah ngilunya daging yang terkelupas hilang? [...]
Norman Adi Satria: Masih ada Jawa benci Sunda. Masih ada Islam benci Kristen. Masih bisik-bisik
tentang orang Padang pelit. Masih bisik-bisik orang Tionghoa sipit, otak Cina isinya duit. [...]
Norman Adi Satria: Saya melihat salah satu Joko teman saya menjadi pimpinan penjarahan rumah orang Tionghoa di komplek perumahan saya. Dia berorasi dalam bahasa Indonesia yang dia pelajari dari saya ketika dulu bermain kelereng bersama. [...]
Pramoedya Ananta Toer: Spanyol dan Amerika Serikat itu hanya bersandiwara perang. Hanya sandiwara bagaimana Spanyol menjual bangsa Filipina kepada Amerika Serikat tanpa harus kehilangan muka di dunia internasional. [...]
Pramoedya Ananta Toer: Mereka membanting-tulang di seluruh dunia untuk mengumpulkan kekayaan melulu. Pulang hanya untuk dikagumi orang, memperbaiki kuburan leluhur. [...]
Norman Adi Satria: "Kau minta yang mirip bapakmu kan? Aku memotong rambutmu sama dengan bapakmu di usiamu. Kakekmu temanku, dia seorang tentara." [...]
(Gus Mus) : Mana ada negeri semakmur negeriku, penganggur-penganggur diberi perumahan gaji dan pensiun setiap bulan. Rakyat-rakyat kecil menyumbang negara tanpa imbalan. [...]
(WS Rendra) : Mereka memanen untuk tuan tanah yang mempunyai istana indah. Keringat mereka menjadi emas yang diambil oleh cukong-cukong pabrik cerutu di Eropa. [...]
(Norman Adi Satria) : Pelajaran kimia seolah jadi pelajaran agama yang selesai dengan diamini saja. Atom C tangannya empat, anak-anak. Amin, Bu Guru....! [...]
(Norman Adi Satria) : Ebeg yang katanya dipengaruhi setan itu sudah ndak laku. Orang lebih suka nanggap ortu yang joget biduannya bikin napsu. Napsu dari setan juga to, Bu? [...]
(Norman Adi Satria) : Ada yang suka orde lama bercita rasa baru, ada yang suka orde baru berperisa lama, ada yang lebih selera pada reformasi dengan toping keju tanpa isi, [...]