Kepada Ibuku – Puisi Wiji Thukul 0 Comments Wiji Thukul: Jangan takut lapar, nak! Kota adalah gudang pangan, bebas digenggam siapa pun yang tega hati. [...]
Tanah – Puisi Wiji Thukul 0 Comments Wiji Thukul: Hari ini aku mimpi buruk lagi: seekor burung kecil menanti induknya di dalam sarangnya yang gemeretak dimakan sapi. [...]
Pulanglah, Nang – Puisi Wiji Thukul 0 Comments Wiji Thukul: Pulanglah, Nang. Jangan dolanan sama Si Kuncung. Si Kuncung memang nakal, nanti bajumu kotor lagi disirami air selokan. Pulanglah, Nang. Nanti kamu menangis lagi. [...]
Cak Nun: Berapa Jumlah Hasan di Desa? 0 Comments Emha Ainun Nadjib (Cak Nun): Seorang anak lahir, belum tentu untuk dirinya sendiri. Sebab orang tuanya dari hari ke hari ingin "menjadikannya". [...]
Esai Cak Nun: Di Desa Hidup Selayaknya 0 Comments Cak Nun: Seperti juga perombakan rumah agar bisa dilihat orang. TV dan motor adalah indikator gengsi dan tingkat tinggi martabat sosial mereka. [...]
Seonggok Jagung di Kamar – Puisi WS Rendra 0 Comments WS Rendra: Seonggok jagung di kamar tak akan menolong seorang pemuda yang pandangan hidupnya berasal dari buku, dan tidak dari kehidupan. [...]
Potret Kelam Kehidupan Petani: Desaku – Budi Lengket 0 Comments Budi Lengket: di desaku pak tani membajak sawah dengan cerita lama di depan tv 14 inch yang iklankan mimpi membuncah-buncah. crot…crot… [...]
Puisi Menyedihkan: Pak Tani Menjadi Pengemis 3 Comments Norman Adi Satria: "Ibu, pengemis itu adalah Pak Tani yang dulu." Kami menangis bersama. [...]