Ayat-Ayat Api
Buku kumpulan puisi karya Sapardi Djoko Damono.
Sapardi Djoko Damono: Malam ini Puteri Salju, kemarin Bawang Putih, besok Sinderela, ya Bu. Biar Pangeran datang menjemputku.
[...]
Sapardi Djoko Damono: Ada yang sedang menyanyikan beberapa ayat kitab suci yang sudah sangat dikenalnya tapi ia seperti takut mengikutinya.
[...]
Sapardi Djoko Damono: Apakah ada cahaya yang tanpa bayang-bayang?
[...]
Sapardi Djoko Damono: Ia tak pernah berjanji kepada pohon untuk menerjemahkan burung menjadi api.
[...]
Sapardi Djoko Damono: Di dalam rumah: tangis seorang gadis kecil, lalu suara menghibur seorang ibu menyelundupkan ajal ke negeri dongeng.
[...]
Sapardi Djoko Damono: "Kenapa aku berada di sini?" tanya kerikil yang goblok itu. Kini ia terjepit di sela-sela kembang ban
dan malah bertanya kenapa.
[...]
Sapardi Djoko Damono: Layang-layang barulah layang-layang jika ada angin memainkannya. Ia barulah layang-layang jika melayang, meski tak berhak membayangkan wajah angin.
[...]
Sapardi Djoko Damono: Kalau aku terbaring sakit seperti ini, suka kubayangkan ada selembar daun tua kena angin dan lepas dari tangkainya.
[...]
Sapardi Djoko Damono: Aneh, koran ternyata bisa juga membuat hubungan antara yang hidup dan yang mati, yang tak saling mengenal.
[...]
Sapardi Djoko Damono: Angin, yang sering terjepit di antara batang bambu, telah jatuh cinta padanya--hanya Tuhan yang tahu kenapa jadi begitu.
[...]
Sapardi Djoko Damono: Dalam setiap diri kita, berjaga-jaga segerombolan serigala. Entah kena sawan apa, rombongan sulap itu membakar kota sebagai permainannya.
[...]
Sapardi Djoko Damono: Kau ini sebenarnya sang pemburu atau hewan yang luka itu?
[...]
Sapardi Djoko Damono: Angin memahatkan tiga panah kata di kelopak sakura--ada yang diam-diam membacanya. Kemarin tak berpangkal, besok tak berujung--tak tahu mesti ke mana angin menyambut bunga gugur itu.
[...]
Sapardi Djoko Damono: Kalau si empunya kebetulan mampir ke rumahnya sendiri, istilahnya: parkir.
[...]
Sapardi Djoko Damono: Batu kecil yang tadi iseng kaulemparkan ke dalam kolam pemancingan itu mendadak sadar dan membayangkan dirinya ikan.
[...]
Sapardi Djoko Damono: "Ia hanya bayang-bayang!" "Bukan, ia tulang rusukku."
[...]
Sapardi Djoko Damono: Kau ternyata bukan perawan lagi lalu Siapa gerangan yang telah lebih dahulu menidurimu?
[...]
Sapardi Djoko Damono: Ada sebutir batu akik diletakkan pelahan-lahan, sangat hati-hati, di hatimu.
[...]
Sapardi Djoko Damono: Ibu masih tinggal di kampung itu, ia sudah tua. Ia adalah perempuan yang menjadi korban mimpi-mimpi ayahku.
[...]
Sapardi Djoko Damono: Percik-percik cahaya. Lalu kembali hijau namamu, daun yang menjelma kupu-kupu.
[...]
Sapardi Djoko Damono: Ia tak pernah sempat bertanya kepada dua kali dua hasilnya sama dengan dua tambah dua sedangkan satu kali satu lebih kecil dari satu tambah satu.
[...]
Sapardi Djoko Damono: Di depan pintu: bayang-bayang bulan terdiam di rumput.
[...]
Sapardi Djoko Damono: Aku tengah menantimu, mengejang bunga randu alas. di pucuk kemarau yang mulai gundul itu
[...]
Sapardi Djoko Damono: Seberkas bunga plastik di atas meja, asbak yang penuh, dan sebuah buku yang terbuka pada halaman pertama. Kaucari catatan kaki itu, sia-sia.
[...]
Sapardi Djoko Damono: Ada sepasang beca bernyanyi lirih di muara gang tengah malam, sementara si abang sudah tertidur sebelum gerimis reda.
[...]