Remy Sylado
Kumpulan Puisi Terbaik Yapi Tambayong (Remy Sylado).
Remy Sylado: Siapa tidak percaya di sini adalah bagian Firdaus yang tersisa. Bagaimana aku mencari nama untuk arti laut.
[...]
Remy Sylado: Ingin lihat bagaimana kau marah? Berdirilah di depan cermin.
[...]
Remy Sylado: Pada diamku, aku tahu, hari ini, takut yang kubawa sebagai beban adalah takut pada kunjungan maut, kalau-kalau jiwaku keburu direbut setan.
[...]
Remy Sylado: Lidah adalah got dari pikiran dan hati.
[...]
Remy Sylado: Antara Tuhan dan Setan, Setan dan Tuhan. Tik! masalah satu detik.
[...]
Remy Sylado: Telunjuk yang pernah menyuruh memilih, kini menuding-nuding jidat dan matanya, "Upah dosa adalah maut,"
[...]
Remy Sylado: Pikiran tua yang kadaluarsa adalah puntung di dalam asbak
[...]
Remy Sylado: Tuhan dalam datukku adalah api. Dibakarnya ranjang tempatku tidur dan aku bangun saban detik dalam takut.
[...]
Remy Sylado: Terlalu lama zaman pembiadaban merajalela mengganti zaman pembudayaan...
[...]
Remy Sylado: Kutahu terlalu lama hatiku menjadi janda, gersang...
[...]
Remy Sylado: Kalau aku hitam, aku mau lukis Isa
tidak seperti Rembrandt membuatnya Belanda. Aku mau Isa: bapak dengan rambut kribo.
[...]
Remy Sylado: Aku mau berterima kasih pada nyanyian muazin yang menyuruh bangun ketika aku masih lelap.
[...]
Remy Sylado: Kalau di medan perang engkau gugur aku dirikan tugu dari baris puisi pujian.
[...]
Remy Sylado: Puri-puri mereka bakal direbut semua satu demi satu oleh orang-orang yang menanggung pemiskinan bertahun.
[...]
Remy Sylado: Di Jakarta seorang profesor dikata-katai goblok oleh seorang sopir angkot yang cuma tamat SD Inpres.
[...]
Remy Sylado: Ayahnya geram: aduh, barang berhargaku hancur. Ibunya senang: hore, buah hatiku sudah bisa berdiri.
[...]
Remy Sylado: Engkau menangkap ikan dengan jaring, aku dengan kata-kata.
[...]
Remy Sylado: Aku ajak kau mendaki jalanku: via dolorosa, sebagai domba yang telah dipisahkan dari kambing.
[...]
Remy Sylado: Aku berteriak kepada langit kala ibuku jadi marhumah, menyadari sial lelaki.
[...]
Remy Sylado: Kesenangan mungkin ada di tempat tidur tapi tidak berpihak kepada yang hanya tidur.
[...]
Remy Sylado: Menuang nada pada keingkaran maknawi atas cinta: keruntunan yang terhujat dari samarnya birahi.
[...]
Remy Sylado: Aku ingin lihat kereta menjemputku terbang mengawan dan kupejamkan mata, melewati bimasakti ke perhentian sejati.
[...]
Remy Sylado: Di liang lahat tiada guna nyanyian rayu.
[...]
Remy Sylado: Berpacu dengan keledai menghalang cita-cita. Jangan pelihara mimpi sialan itu!
[...]
Remy Sylado: Orang bebal mencari simpati dengan menjelekkan bekas kawan.
[...]
Remy Sylado: Jangan menjatuhkan, nanti dijatuhkan.
[...]
Remy Sylado: Seperti permata yang digosok dari cuma batu, kita tahu kemerdekaan adalah kemewahan.
[...]
Remy Sylado: Kalau gajah mati, mati ia bersama belalainya, gadingnya menghiasi peradaban.
[...]
Remy Sylado: Aku tinggalkan pinggir Toba sebagai musafir membawa sejumlah kepasrahan anak domba.
[...]
Remy Sylado: Lebih elok rama-rama yang terbang dengan pasti, memilih hanya mencium bunga kembang sari daripada kecoak yang terbang tak pasti, dari tahi ke lemari baju lalu ke nasi.
[...]
Remy Sylado: Mari menjadi anak sebab Tuhan menyayangi anak.
[...]
Remy Sylado: Sering keuntungan malah mengucur di rumah kafir, menyebabkan sejarah kebangsaan selalu ditulis dengan curiga curang dan sarat caci maki.
[...]
Remy Sylado: Di sini pelabuhan seorang musafir. "Cinta!"
[...]
Remy Sylado: Ada orang ingin menolong tapi tidak mengenal situasi. Ada orang mengenal situasi tapi tidak ingin menolong.
[...]
Remy Sylado: haleluyah! alhamdulillah!
[...]
Remy Sylado : Dalam miskinku aku adalah perwira hanya sosok yang meradang tapi hati merdeka bagai kawanan gareng-pung terus menyanyi memekakkan kuping Haleluya!
[...]
Remy Sylado: Lapar telah menghilangkan sopan santunku. Maaf aku
kira darah dagingku belum merdeka. Lupa
pekiknya telah bertahun kuucapkan.
[...]
Remy Sylado: Harapan adalah cadangan hati yang menyerah.
[...]
(Remy Sylado) : ketakutan dalam bicara atau bicara dalam takut, mengadakan yang tiada atau meniadakan yang ada, kehidupan yang jahat atau kejahatan yang hidup.
[...]
(Remy Sylado) : Tuan bakal terkejut dan mendadak kecewa Bahwa bangsa yang dipromosi paling ramah, Juga paling cekatan menjarah merampok memperkosa.
[...]
(Remy Sylado) : pabila tidak susah, gereja tidak usah.
[...]
(Remy Sylado) : Kalau takut pada masa lalu jangan pindahkan matamu di belakang
[...]