Puisi Sindiran
Puisi SIndiran atau Satire Terbaik dan Terbaru 2016.
Wiji Thukul: Bulan malam menggigit batinku. Mulutnya lembut seperti pendeta tua mengulurkan lontaran nasibmu.
[...]
Norman Adi Satria: Baru pindah agama, tiba-tiba ia menjadi pemuka dengan modal hanya dua: dendam pada agama yang lama dan beberapa cuplikan ayat yang baru saja ia baca.
[...]
Norman Adi Satria: Mengucap terserah adalah hak wanita yang paling asasi dan peka adalah kewajiban lelaki yang paling hakiki.
[...]
Norman Adi Satria: Kesederhanaan itu sekarang mahal harganya. Bahkan lebih prestisius daripada kemewahan.
[...]
Norman Adi Satria: Kristenisasi bahkan takkan membuatmu jadi Kristen! Karena yang Kristen saja tak Kristen-Kristen amat. Hari ini ke gereja, besoknya kumat
[...]
Norman Adi Satria: Yang kau dengar: terima kasih ya atas masukannya. Yang sesungguhnya ingin kuucap: sok tahu lu, kadal bunting!
[...]
Norman Adi Satria: Puisi yang hidup itu kamu bunuh, kamu iris perutnya, kamu edel-edel ususnya, menerka: huh, kebanyakan mi instan!
[...]
Norman Adi Satria: Apa kabar, Tuhan? Semoga kami baik-baik saja.
[...]
Wiji Thukul: Aku bukan artis pembuat berita, tapi aku memang selalu kabar buruk buat penguasa. Puisiku bukan puisi tapi kata-kata gelap yang berkeringat dan berdesakan mencari jalan.
[...]
Wiji Thukul: Momok hiyong, momok hiyong, berapa ember lagi darah yang ingin kauminum?
[...]
Wiji Thukul: Di udara penguasa seperti Raja Telanjang, tua tambun dan menggelikan.
[...]
Norman Adi Satria: Tapi jangan tanyai saya apa maknanya. Sudah saya bilang, saya penghafal kitab suci! Hafal saja, mengerti tidak.
[...]
Norman Adi Satria: Di rumah peribadatan, cuma satu beda kita dengan demonstran: kita tidak bakar ban.
[...]
Wiji Thukul: Apakah aku ini si bagero yang sudah merdeka? Ataukah tetap jugun ianfu yang tak henti-henti diperkosa?
[...]
Wiji Thukul: Menjadi diri sendiri adalah tindakan subversi di negeri ini. Maka selalu siaga polisi, tentara, hukum dan penjara bagi siapa saja yang menolak menjadi orang lain.
[...]
Norman Adi Satria: Tak disangka-sangka, planet Mars yang awalnya diyakini tak berpenghuni ternyata ditinggali penduduk asli yang menamai diri: Primars!
[...]
Norman Adi Satria: Rugi rasanya, sudah hilang perawan, lagi haid diembat juga, sekarang menyalahkan orang lain dan keadaan atas janji yang tak bisa diwujudkan.
[...]
Norman Adi Satria: Perintah yang diterimanya dari Sang Guru sederhana: bacalah! Sebagai seorang buta huruf, seharusnya yang pertama ia lakukan adalah belajar membaca, tapi....
[...]
Norman Adi Satria: Merasa diri masyhur? Punya kartu Alpamaret? Belanjalah!
[...]
Norman Adi Satria: Ia mengeduk sebuah kubur, mencekik leher benulang. Ia maki: lu mau hidup lagi, hah?!
[...]
Norman Adi Satria: Pak Polisi, saya mau melaporkan dia karena telah melakukan perbuatan tidak menyenangkan yaitu melaporkan saya atas tuduhan perbuatan tidak menyenangkan.
[...]
Sapardi Djoko Damono: "Kenapa aku berada di sini?" tanya kerikil yang goblok itu. Kini ia terjepit di sela-sela kembang ban
dan malah bertanya kenapa.
[...]
Norman Adi Satria: Tidak semua fakta bisa dibeber terbuka kerna kau bukan peneliti sains namun peneliti kekurangan orang lains.
[...]
Norman Adi Satria: Sebagian jadi enggan melaut, takut dibilang matre. Sebagian lagi curiga moyang matre kerna ke laut aje.
[...]
Norman Adi Satria: Mantanmu itu memang istimewa ya, aku selalu melihat embun menghiasi pipinya. Pipi yang selalu pagi. Kadang terdengar suara burung bernyanyi.
[...]
Norman Adi Satria: PermotoGPan F1! Perhompimpahan pingsut! Perpoco-pocoan breakdance! Percherrybellean JKT48
[...]
Norman Adi Satria: Kalau perlu hapus saja tanggal 25 Desember dari kalender!
[...]
Norman Adi Satria: Perut ditendang lagi, Ibu bergumam: wah, esok jadi pesepakbola anakku, kencang betul tendangannya.
[...]
Norman Adi Satria: Mentang-mentang Yesus jomblo seumur hidup, lantas kamu jadikan pembelaan atas kejombloanmu.
[...]
Norman Adi Satria: Keromantisan bukan terletak pada apa yang kau perbuat tapi pada kepekaan seseorang yang padanya kau melakukan perbuatan.
[...]
Norman Adi Satria: Ternyata babi adalah binatang yang paling baik karena bukan cuma berani kotor, dia takut bersih.
[...]
Norman Adi Satria: Puisi memang air jernih yang menyejukkan, puisi bukan air kobokan untuk mencuci tangan.
[...]
Wiji Thukul: Jangan lupa, kekasihku. Jika kau ditanya siapa mertuamu, jawablah: yang menarik becak itu. Itu bapakmu, kekasihku.
[...]
Norman Adi Satria: Melihat orang kaya raya buang sampah sembarangan dari jendela mobilnya, aku sontak berpikir: apakah ia menjadi kaya bukan karena atitude?
[...]
Norman Adi Satria: Jangankan anak-anak, kulkas, tv, mesin cuci, setrika, bpkb motor, handphone china, dan cincin kawin pun kami sekolahkan, setinggi-tingginya.
[...]
Sapardi Djoko Damono: Dalam setiap diri kita, berjaga-jaga segerombolan serigala. Entah kena sawan apa, rombongan sulap itu membakar kota sebagai permainannya.
[...]
Sapardi Djoko Damono: Kau ini sebenarnya sang pemburu atau hewan yang luka itu?
[...]
Norman Adi Satria: Surga itu kerajaan, Bung! Bukan republik. Rajanya tidak dipilih lima tahun sekali dengan main sikat dan sikut. Ia abadi.
[...]
Norman Adi Satria: Biar mampus! Makanya, jalani kodrat dengan tanpa syarat! Jika tidak, bersiaplah dilaknat!
[...]
Norman Adi Satria: Tahu bahwa manusia bakal rakus maka Tuhan menciptakan giginya begini: delapan gigi depannya gigi kelinci, di sampingnya empat taring macan, di bagian belakang berderet gigi sapi.
[...]
Norman Adi Satria: Sajakku tak perlu dibacakan lagi kecuali tentang cintaku kepadamu, ibumu, dan Ilahi.
[...]
Norman Adi Satria: Wanita cengangas-cengenges itu bukan wanita seutuhnya. Wanita butuh menangis!
[...]
Norman Adi Satria: Besok kita panggil orang-orang yang teraniaya untuk berdoa saja, Pak. Doanya katanya lebih mujarab lagi! Ampuh!
[...]
Norman Adi Satria: Mbah Hukum, sudah dipalu berkali-kali, meja keadilannya kok goyang lagi goyang lagi? Opo sudah reyot? Opo mesti diganti?
[...]
Norman Adi Satria: Kutulis sajak ini kepada para teroris untuk menyuratkan satu pertanyaan saja: kitab suci mana yang telah kau baca?
[...]
Wiji Thukul: Puskesmas itu demokratis sekali, pikirku: sakit gigi, sakit mata, mencret, kurapan, demam, tak bisa tidur, semua disuntik dengan obat yang sama.
[...]
Norman Adi Satria: Ah, mantan. Jika takut CLBK dan balikan, haruskah kita saling bermusuhan?
[...]
W.S. Rendra: Dan kita disini bertanya: “Maksud baik saudara untuk siapa? Saudara berdiri di pihak yang mana?”
[...]
Norman Adi Satria: Kartini adalah pemberontak atas istiadat moyang! Kartini telah menjadi moyang atas leluri baru!
[...]
Norman Adi Satria: Hengkangnya Iblis dan sepertiga malaikat menjadi pertanda bahwa surga tak menjamin pribadi yang abadi memiliki kesalehan yang abadi pula.
[...]