Puisi Renungan
Puisi Perenungan Paling Menyentuh Hati 2016.
Wiji Thukul: Beri-berilah aku ketajaman untuk membutakan mataku.
[...]
Sapardi Djoko Damono: Apakah ada cahaya yang tanpa bayang-bayang?
[...]
Chairil Anwar: Pada daun gugur tanya sendiri, dan sama lagu melembut jadi melodi!
[...]
Wahyu Arsyad: Darinya... Sudah banyak yang menetas. Mulai dari orang bangsat, orang biasa, orang kaya, orang rindu, orang cinta. Penyair...
[...]
Sutan Takdir Alisjahbana: Ya Allah, ya Rabbi, hancurkan, remukkan sesuka hati.
[...]
Norman Adi Satria: Di zaman Herodes hadirat Tuhan mewujud anak seorang dara. Banyak yang menghujat: masa Tuhan manusia, anak haram pula?
[...]
Sapardi Djoko Damono: Ia tak pernah berjanji kepada pohon untuk menerjemahkan burung menjadi api.
[...]
Sapardi Djoko Damono: Di dalam rumah: tangis seorang gadis kecil, lalu suara menghibur seorang ibu menyelundupkan ajal ke negeri dongeng.
[...]
Sapardi Djoko Damono: Layang-layang barulah layang-layang jika ada angin memainkannya. Ia barulah layang-layang jika melayang, meski tak berhak membayangkan wajah angin.
[...]
Norman Adi Satria: Sebagian jadi enggan melaut, takut dibilang matre. Sebagian lagi curiga moyang matre kerna ke laut aje.
[...]
Norman Adi Satria: Orang Jawa memang suka merendah, tapi jangan coba-coba merendahkannya.
[...]
Norman Adi Satria: Lihat perang itu! Bukankah itu upaya menciptakan hening?
[...]
Norman Adi Satria: Kalau perlu hapus saja tanggal 25 Desember dari kalender!
[...]
Wiji Thukul: Tak pernah selesai pertarungan menjadi manusia. Tak pernah terurai pertarungan menjadi rahasia. Adalah buku lapar arti.
[...]
Norman Adi Satria: “Merah darahku, putih tulangku!” Teriakkan itu, rasakan kibarnya di sekujur raga jiwamu.
[...]
Norman Adi Satria: Sungguh tidak arif memeteraikan sepenggal sejarah di bahu para pembaharu; meyakini darah selamanya mengandung kutuk turun temurun dari leluhur.
[...]
Norman Adi Satria: Entah apakah suatu saat kelak foto itu bakal di pajang pada bungkus rokok dengan embel-embel tulisan "Rokok Membunuh Chairil" atau tidak.
[...]
Muhammad Wildan Basri: Di kota ini semua sama, tak ada beda, permadani dikuasai pendosa, permadani dikontrol pencari surga.
[...]
Norman Adi Satria: Ternyata babi adalah binatang yang paling baik karena bukan cuma berani kotor, dia takut bersih.
[...]
Norman Adi Satria: Apakah anak manusia memang mesti begitu, di tiap zaman ingin tampil semakin berbeda, hanya demi kian jauh dari bayang-bayang anak monyet yang katanya masih sanak keluarga?
[...]
Joko Pinurbo: Tubuhku rumah kontrakan yang sudah sekian waktu aku diami sampai aku lupa bahwa itu bukan rumahku.
[...]
Norman Adi Satria: Tuhan memang menciptakan segala sesuatu baik, tapi segala sesuatu diciptakan bukan semuanya untuk kamu makan...
[...]
Siti Rohmah Dani: Semoga nisan tetap bersabar menantiku bernama diatasnya dan menari sambil berlari di bawahnya.
[...]
Norman Adi Satria: Ia membuka laci gerobaknya, dua lembar duit merah bergambar perahu layar menyapa. "Masih jauh untuk menuju Pak Harto, Nak." ucapnya.
[...]
Norman Adi Satria: Apakah jalanan telah menghinakan kami? Apakah memusnahkan kami memuliakanmu?
[...]
Norman Adi Satria: Setelah Yesus mati, tiada yang tahu
apakah Herodes mendadak kepo menanyai orang-orang
tentang perkataan-perkataan Almasih selagi hidup atau tidak sama sekali.
[...]
Norman Adi Satria: Sesiapa yang sekedar jadi binatang, meski sejalang-jalangnya, biarpun dikoyak sepi sesepi-sepinya, belum layak mati bergelar pujangga!
[...]
Norman Adi Satria: Ketika seorang Kristen mengucapkan selamat Idul Fitri bukan berarti ia ingin suatu saat kelak dibalas ucapan Natal tapi kerna Kristen tahu pula bagaimana rasanya berpuasa.
[...]
Norman Adi Satria: Dengan rasa penasaran pemuda itu selalu mengamati hujan yang turun di setiap bulan demi membuktikan apakah Sapardi yang sok tahu atau dirinyalah yang masih lugu.
[...]
Norman Adi Satria: Hatinya masygul terkenang seucap nasihat: "Jangan pernah pilah-pilih pantat, ia mulia ketika bersalat." Ia terkenang tukang kayu bersujud berdoa, meninggikan pantat, merendahkan kepala.
[...]
Norman Adi Satria: Besok kita panggil orang-orang yang teraniaya untuk berdoa saja, Pak. Doanya katanya lebih mujarab lagi! Ampuh!
[...]
Norman Adi Satria: Inilah bulan dimana kau tak bisa mengatasnamakan Iblis atas dosa yang terlahir dari kehendakmu sendiri.
[...]
Norman Adi Satria: Kutulis sajak ini kepada para teroris untuk menyuratkan satu pertanyaan saja: kitab suci mana yang telah kau baca?
[...]
Norman Adi Satria: Hanya Tuhan hakim yang adil, maka tak perlu mengutuki ketidakadilan hakim yang selain Tuhan.
[...]
Norman Adi Satria: Oh, betapa kotor dan baunya yang keluar dari lubang-lubang tubuhku. Ucapku tak bisa lagi masuk ke mulut, sebagaimana kotoran yang tak kembali ke perut.
[...]
Norman Adi Satria: Ah, mantan. Jika takut CLBK dan balikan, haruskah kita saling bermusuhan?
[...]
Norman Adi Satria: Kartini adalah pemberontak atas istiadat moyang! Kartini telah menjadi moyang atas leluri baru!
[...]
Norman Adi Satria: Ketika kesederhanaan dirumuskan, seketika kesederhanaan tak lagi sesederhana itu.
[...]
Norman Adi Satria: Hengkangnya Iblis dan sepertiga malaikat menjadi pertanda bahwa surga tak menjamin pribadi yang abadi memiliki kesalehan yang abadi pula.
[...]
Norman Adi Satria: Sekali abai soal rasa, maka makananmu hanya tinggal cerita.
[...]
Norman Adi Satria: Ketika itu Tuhan hadir apa adanya. Kita bingung menyaksikan makna tanpa balutan apa-apa.
[...]
Wiji Thukul: Seorang lelaki kelana di dunia batin sudah akrab dengan gelap yang menuntun ke pusat cahaya. Hanya kepadanya ia akan menyerah.
[...]
Chairil Anwar: Baik, baik aku akan menghadap Dia. Menyerahkan diri dan segala dosa. Tapi jangan tentang lagi aku. Nanti darahku jadi beku.
[...]
Ajip Rosidi: Bukankah itu maumu? Kepalsuan, di mana orang tertawa hampa dengan jiwa luka.
[...]
Norman Adi Satria: Tuhan, apakah di surga nanti masih ada toleransi?
[...]
Norman Adi Satria: Selama ini saya menganggapnya sebagai orang paling bijak bukan karena kata-kata namun karena ia mendengar.
[...]
Cak Nun: Sembahyang di atas sajadah cahaya. Melangkah perlahan-lahan ke rumah rahasia.
[...]
Goenawan Mohamad: Kau dengarkah angin ngakak malam-malam ketika bulan seperti susu yang tertikam ketika mereka memperkosa Mesopotomia?
[...]
WS Rendra: Tuhan adalah Bapa yang sakit batuk. Dengan pandangan arif dan bijak membelai kepala para pelacur.
[...]
Cak Nun: Mahaanggun Tuhan yang menciptakan hanya kebaikan. Mahaagung Ia yang mustahil menganugerahkan keburukan.
[...]