Puisi Rohani Katolik dan Kristen
Kumpulan Puisi Rohani Iman Kristen dan Katolik Terbaik 2016
Norman Adi Satria: Di zaman Herodes hadirat Tuhan mewujud anak seorang dara. Banyak yang menghujat: masa Tuhan manusia, anak haram pula?
[...]
Norman Adi Satria: Kalau perlu hapus saja tanggal 25 Desember dari kalender!
[...]
Norman Adi Satria: Dicurinya ampli di mezbah itu. Dia pikir Tuhan tak butuh pengeras suara. Karena setahu dia, Tuhan maha mendengar. Tak disangka, dia malah dibakar massa.
[...]
Norman Adi Satria: Tuhan memang menciptakan segala sesuatu baik, tapi segala sesuatu diciptakan bukan semuanya untuk kamu makan...
[...]
Norman Adi Satria: Ia membuka laci gerobaknya, dua lembar duit merah bergambar perahu layar menyapa. "Masih jauh untuk menuju Pak Harto, Nak." ucapnya.
[...]
Norman Adi Satria: Setelah Yesus mati, tiada yang tahu
apakah Herodes mendadak kepo menanyai orang-orang
tentang perkataan-perkataan Almasih selagi hidup atau tidak sama sekali.
[...]
Norman Adi Satria: Ketika seorang Kristen mengucapkan selamat Idul Fitri bukan berarti ia ingin suatu saat kelak dibalas ucapan Natal tapi kerna Kristen tahu pula bagaimana rasanya berpuasa.
[...]
Norman Adi Satria: Luka terpedih bukan di sekujur tubuh yang tercambuk, bukan di kepala yang dimahkotai duri tertusuk, bukan di tangan dan kaki yang terpaku di tiang busuk.
[...]
Norman Adi Satria: Hatinya masygul terkenang seucap nasihat: "Jangan pernah pilah-pilih pantat, ia mulia ketika bersalat." Ia terkenang tukang kayu bersujud berdoa, meninggikan pantat, merendahkan kepala.
[...]
Norman Adi Satria: Bendera mengingatkan kami pada Yesus, di tiang salib. Merah darahnya, putih tulangnya menganga.
[...]
Norman Adi Satria: Ketika itu Tuhan hadir apa adanya. Kita bingung menyaksikan makna tanpa balutan apa-apa.
[...]
Norman Adi Satria: Jadi seorang Pastor pun tidak percaya jika roti dan anggur itu sudah berubah menjadi tubuh dan darah?
[...]
Norman Adi Satria: Patung-patung telah kubuang. Itu hanyalah lempung, takkan mampu merefleksikan kemahaan, tiada yang mampu memahat kilauan cahaya Sang Maha.
[...]
Norman Adi Satria: Sang pendusta ulung mungkin hadir dalam kejujuran paling jujur di sepanjang permulaan, kemudian menghempas kita dalam kebohongan yang paling bohong.
[...]
Norman Adi Satria: Maaf, Yesus... Aku sering mabuk-mabukan dengan anggur yang Kausebut darah-Mu dalam perjamuan yang dipimpin oleh seorang Disc Jockey. Ajeb-ajeb sambil nyebut: ampun DJ... Sekarang ditambah lagi: Om Telolet Om...
[...]
Norman Adi Satria: Siapa bilang orang miskin tak bisa Kristen, jua sebaliknya: orang Kristen tak bisa miskin?
[...]
Kahlil Gibran: Kau memiliki banyak pecinta, namun hanya aku yang mencintaimu.
[...]
WS Rendra: Seorang perempuan gemuk mencium mulutnya yang bagus. Seorang perempuan tua menjilati dadanya yang bersih. Lalu tubuhnya dicincang.
[...]
WS Rendra: Tuhan adalah bunga-bunga mawar yang ramah. Tuhan adalah burung kecil berhati merah.
[...]
Joko Pinurbo: Aku belum bisa menjadi pemabuk yang baik dan benar, Sayang.
[...]
WS Rendra: Sipilis membakar tubuhnya. Penuh borok di kelangkang, di leher, di ketiak, dan di susunya.
[...]
Sapardi Djoko Damono: Barangkali hidup adalah doa yang panjang, dan sunyi adalah minuman keras. Ia merasa tuhan sedang memandangnya dengan curiga.
[...]
Joko Pinurbo: Maria sangat sedih menyaksikan anaknya mati di kayu salib tanpa celana dan hanya berbalutkan sobekan jubah yang berlumuran darah.
[...]
Norman Adi Satria: Kabar gunjing itu kian jadi Hot Issue manakala di-Kabar-Kabari secara Intens, dipenggal-penggal dengan Silet, kemudian ditambah-tambahi segala Insert.
[...]
Norman Adi Satria: Yesus mengetahui isi hati mereka. Lalu dia berkata, "Aku hanya anak seorang tukang bangunan. Tak usah segan."
[...]
Norman Adi Satria: Anjing babi sialan! Siapa kau berani menyendat jalan?
[...]
Norman Adi Satria: Maka hancur leburlah kertas itu kata-kata tak terbaca lagi. Namun puisi tetap ada meski tanpa kata-kata.
[...]
Joko Pinurbo: Gadis itu Maria Magdalena, artinya: yang terperkosa. Lalu katanya, "Ia telah menciumku sebelum diseret ke ruang eksekusi. Padahal Ia cuma bersaksi bahwa agama dan senjata telah menjarah perempuan lemah ini.
[...]
Norman Adi Satria: Gereja bukanlah gedung. Gereja adalah kau dan aku yang berdoa.
[...]
Norman Adi Satria: Bu, kita salah tempat kayaknya! Baru masuk saja kita dibilang domba. Padahal kita kan petani! Pulang saja yuk, Bu!
[...]
Norman Adi Satria: Setiap doa adalah puisi. Namun tidak semua puisi adalah doa.
[...]
Norman Adi Satria: Karena Yesus adalah kata-kata, maka Ia multi-tafsir.
[...]
Remy Sylado: Terlalu lama zaman pembiadaban merajalela mengganti zaman pembudayaan...
[...]
Remy Sylado: Kalau aku hitam, aku mau lukis Isa
tidak seperti Rembrandt membuatnya Belanda. Aku mau Isa: bapak dengan rambut kribo.
[...]
Norman Adi Satria: Orang kristen saja kesana hanya ketemu patung. Eh, dia manggil-manggil Nabi Isa seperti ngajak main.
[...]
Remy Sylado: Engkau menangkap ikan dengan jaring, aku dengan kata-kata.
[...]
Remy Sylado: Aku ajak kau mendaki jalanku: via dolorosa, sebagai domba yang telah dipisahkan dari kambing.
[...]
Norman Adi Satria: Mengucap segala sembah dan puji hanya sebagai rayu kepada Ilahi agar jiwa-Nya yang maha luluh oleh rengekan insani.
[...]
Norman Adi Satria: Mengikut sunnah Sang Kristi, mengasihi Ilahi tanpa ganjil hati.
[...]
Norman Adi Satria: "Shalom, kalau natal jangan nakal!"
[...]
Norman Adi Satria: Mereka tak suka Sinterklas. Mereka mau Yesus meniup lilinnya supaya mereka bisa menyanyi Happy Birthday.
[...]
Norman Adi Satria: Ketika kau bilang Tuhan jauh, aku bilang Dia tengah memelukku.
[...]
Norman Adi Satria: "Ayah dan ibu bohong ya? Bohong kan dosa!" kata anaknya yang sudah tahu agama.
[...]
Joko Pinurbo: Kutemukan bercak-bercak darah: gambar wajah yang kesakitan dan luka lambung yang belum disembuhkan.
[...]
Joko Pinurbo: Tubuhmu kandang hewan tempat seorang perempuan singgah melahirkan anaknya yang malang.
[...]
Norman Adi Satria: Abraham, Nuh, Ayub, Daud, dan Musa turun ke bukit Golgota, menyaksikan penyaliban Yeshua.
[...]
Norman Adi Satria: Yusuf si buruh bangunan mendadak dikaruniai kemampuan menerjemahkan mimpi usai bertunangan dengan Maria.
[...]
Norman Adi Satria: Payudara kempis di atas perut lapar itu hanya berisi lima tetes susu. Perjalanan dari Nazaret ke Bethlehem menguras tenaganya, juga susunya.
[...]
Remy Sylado : Dalam miskinku aku adalah perwira hanya sosok yang meradang tapi hati merdeka bagai kawanan gareng-pung terus menyanyi memekakkan kuping Haleluya!
[...]
(Norman Adi Satria) : Jika dia memang mengakui Yohanes sebagai sahabat, saudara, dan guru, bukanlah seharusnya ia segera keluar dari persembunyiannya dan membebaskan Yohanes?
[...]