Rayuan Gombal
Kumpulan Puisi Rayuan Gombal Paling Romantis 2016
Norman Adi Satria: Jauh sebelum kita bertemu, aku sudah punya rindu.
[...]
Norman Adi Satria: Penyair tak pernah menulis kamu yang benar-benar kamu, Nona.
[...]
Norman Adi Satria: Kisah cinta kita dimulai dengan sangat sederhana. Ketika itu plastik gorenganku koyak. Tempe mendoan, dages, dan tahu brontak jatuh berserak.
[...]
Norman Adi Satria: Konsekuensi dari yang tak terhitung adalah akan banyak yang terlupakan.
[...]
Norman Adi Satria: Ada tulang yang patah tengah malam dan pagi telah menjadi kamu.
[...]
Norman Adi Satria: Kau ikeh ikeh sebelum kimochi.
[...]
Anja Oktovano: Aku menyangkal teori bumi datar. Benarkan bumi bulat pun aku tak rela, Imagiku menyatakan bumi segitiga sama kaki.
[...]
Chairil Anwar: Terbang mengenali gurun, sonder ketemu, sonder mendarat -- the only possibel non-stop flight.
[...]
Sapardi Djoko Damono: Ada sebutir batu akik diletakkan pelahan-lahan, sangat hati-hati, di hatimu.
[...]
Norman Adi Satria: Setiap kali namamu kusapa, kau selalu menjawab: dalem dan selalu kulanjutkan: banget.
[...]
Chairil Anwar: Lihatlah cinta jingga luntur: Kalau datang nanti topan ajaib menggulingkan gundu, memutarkan gasing, memacu kuda-kudaan, menghembus kapal-kapalan. Aku sudah lebih dulu kaku.
[...]
Chairil Anwar: Beta Pattiradjawane, kikisan laut. Berdarah laut. Beta api di pantai.
[...]
Ajip Rosidi: Lautan maha dalam! Tak kuketahui betapa sunyi dasarmu. Kausembunyikan badai dalam ketenangan yang syahdu.
[...]
Ajip Rosidi: Apa yang lebih menusuk dari mata? Diam dan bunuh setiap kata.
[...]
Joko Pinurbo: Menggigil adalah menghafal rute menuju ibu kota tubuhmu.
[...]
Norman Adi Satria: Kamu pikir puisi adalah kata-kata? Ketika kamu tak ada di puisiku, maka kamu tiada?
[...]
Asrul Sani: Aku jadikan belantara, jadi hutan mati. Tapi aku jaga supaya janda-janda tidak diperkosa, budak-budak tidur di pangkuan bunda
[...]
Wiji Thukul: Berangkat ke dunia baru yang sesungguhnya usang tapi selalu saja kita terkejut dengan cara perjalanan itu.
[...]
Norman Adi Satria: Bentuk bola hanya meniru matamu.
[...]
Norman Adi Satria: Ketidaksabaran pun ada batasnya. Suatu saat nanti pasti aku akan sabar.
[...]
Norman Adi Satria: "Sekarang ikannya sudah jadi ikan asin." kataku. "Artinya?" tanyamu. "Awet. Mungkin juga abadi." jawabku.
[...]
Norman Adi Satria: Bisa nggak sih aku "like" kamu berkali-kali pada foto buram kita yang orang lain tak mengerti, padahal kita tengah berciuman dengan bergaya selfie?
[...]
Norman Adi Satria: Hei nona, bila aku jadi bayi Yesus, maukah kau yang jadi Maria?
[...]
Norman Adi Satria: Dengan tangan mana lagi aku harus mengelus dada? Tanganku sudah penuh dadamu.
[...]
Norman Adi Satria: Kenapa sih kamu ngotot banget pengen menjadi kamu dalam puisiku?
[...]
Joko Pinurbo: Seperti gelandangan kecil menenggak sebotol mimpi di bawah rindang matahari, malam ini aku mau minum di bibirmu.
[...]
WS Rendra: Ia bukanlah dari duka meski ia burung hitam. Burung hitam adalah cintaku padamu yang terpendam.
[...]
Norman Adi Satria: Kenalan dong, biar kenal. Nanti baru boleh kepikiran.
[...]
Norman Adi Satria: Apa makna lirik-lirik lagu itu? Mengapa kau lirik-lirik aku melulu?
[...]
Norman Adi Satria: Konon, Vespa yang keseringan mogok pertanda penunggangnya sudah terlalu lama jomblo: businya kotor.
[...]
Norman Adi Satria: Apa salahnya bila aku Mang Diman? Bukankah Cinta hanya butuh cinta?
[...]
Joko Pinurbo: Kau adalah mata, aku air matamu.
[...]
Norman Adi Satria: Aku suka ketika kau berbohong, menunduk di hadapanku dan menjawab "Aku baik-baik saja." ketika aku bertanya "Kau kenapa?"
[...]
Norman Adi Satria: Baiklah, aku akan bertahan di hatimu yang beku. Tapi kapan-kapan aku akan menghangatkan diri di ketiakmu. Ketiak kekasih yang hangat.
[...]
Joko Pinurbo: Pada matanya aku melihat kerlap-kerlip cahaya lampu kota kecil.
[...]
Joko Pinurbo: Di bawah alismu hujan beteduh.
[...]
Norman Adi Satria: "Hei Nona, aku sebenarnya ditugaskan menjaga pintu mall, tapi beruntunglah,
aku juga bisa menjagamu." kata satpam itu berbisik.
[...]
Norman Adi Satria: "Hiiii.. Kok mendadak merinding ya? Jangan-jangan ada hantu." katamu. Sialan! Itu aku, Sayang.
[...]
Norman Adi Satria: "Sayang, MCK yuk!" "Mandi Cuci Kakus?" "Bukan!" "Lalu apa?" "Mandi Cama Kamu.."
[...]
Norman Adi Satria: Aku masih ingat kata-katanya yang seperti biasa: "Hai, apa kabar hatimu?" Dan biasanya aku tak menjawab buru-buru karena terburu malu-malu.
[...]
Mohammad Yamin: Buah hatiku puspa Padma, buka dadamu molek dan dara, supaya kulihat benda utama, sorak seramai seluruh Sumatera.
[...]
Norman Adi Satria: Namamu adalah sebuah alamat dimana aku harus memulangkan cinta ke kampung halamannya.
[...]
Chairil Anwar: Kau kembang, aku kumbang. Aku kumbang, kau kembang.
[...]
Norman Adi Satria: Aku telah mengerti rahasia. Jadi mengakulah saja, sayang. Mata rembulan yang awalnya dua kau curi satu dan kau pasang di matamu.
[...]
Norman Adi Satria: Angry Bird yang pemarah itu toh bisa jadi unyu-unyu, apalagi kamu.
[...]
Norman Adi Satria: Aku ingin memelukmu dalam tebalnya jaket maupun telanjang.
[...]
Norman Adi Satria: Tiap pagi kau seduhkan aku kopi dengan panas cintamu. Dan kau kompres demamku dengan dingin cintamu.
[...]
Norman Adi Satria: Aku tersesat di bola matamu, terjerembap dalam retinamu.
[...]
Norman Adi Satria: Aku hanya butuh kehangatan darimu, yang membuat malam selalu gagal mendinginkanku.
[...]
Norman Adi Satria: mata melukis kamu di kanvas retina basah, tiap kelopak berkedip kau berubah.
[...]