Keromantisan 2 – Puisi Norman Adi Satria
KEROMANTISAN 2
Karya: Norman Adi Satria
Keromantisan itu bukan terletak pada apa yang kulakukan,
tapi bagaimana caramu memaknainya.
Yang banyak orang lupa
selain sebagai kata benda
puisi itu juga sebuah kata sifat.
Puisi
bukan hanya bentuk tulisan
yang berbaris-baris seperti ini.
Puisi bisa ada di cerpen
di novel
di chat WhatsApp
bahkan di sapaan “Pak” dari seorang perempuan
kepada lelaki yang belum pernah ia temui
namun beberapa waktu kemudian telah menjadi suami.
Keromantisan memudar ketika kamu mulai berhenti
memaknai apapun yang aku lakukan atau tidak aku lakukan
sekecil apapun itu.
Seharusnya kamu memaknai:
mengapa aku tidak mengecup keningmu pagi ini.
Lupakah? Sariawankah? Kecewakah? Tak lagi peduli?
Atau ini waktunya kamu berlari
mengejarku
mendekapku dari belakang
dan berkata:
jangan pergi sebelum kening ini basah.
Tapi waktu memang akan membuat segala hal itu
hanya bermakna rutinitas.
Dan, kamu akan terbiasa tanpa kecupan itu.
Bahkan ketika tiba-tiba aku mengecup keningmu
kamu akan bertanya-tanya ada apa
apakah aku ada maunya?
Seolah-olah kamu memang tak butuh itu
dan aku tak lagi harus melakukannya.
Tapi di relung hatimu yang terdalam
kamu merindukan akuku yang dulu.
Dan sejak saat itu
aku harus bertarung dengan masa laluku sendiri
begitu juga dengan kamu.
“Ma, pagi ini aku menulis puisi.” ucapku.
“Lho, kan memang Papa seorang penyair?” jawabmu.
Lihat, bahkan puisi ini pun
tak berarti apa-apa
karena kamu berhenti memaknainya
dan menganggapnya sebagai rutinitas belaka.
Bekasi, 1 November 2018
Norman Adi Satria
Komentar