Spiritualitas Benci – Puisi Norman Adi Satria
Karya: Norman Adi Satria
SPIRITUALITAS BENCI
Karya: Norman Adi Satria
Baru pindah agama
tiba-tiba ia menjadi pemuka
dengan modal hanya dua:
dendam pada agama yang lama
dan beberapa cuplikan ayat yang baru saja ia baca
Mimbar suci jadi ladang gossip
kerna pengetahuannya memang lebih banyak tentang aib
Perihal anu yang semestinya begini
Tentang asu yang bukanlah babi
Ya, persoalan-persoalan
yang sesungguhnya telah dirampungkan zaman
dalam rentetan risalah perdebatan yang berujung kesepakatan
disuguhkannya menjadi sebuah sajian kajian
yang terkesan muktahir lagi mencengangkan
hanya kerna yang lain belum pernah mendengarkan
Yang tidak mengerti sontak memujanya:
“Hei, inilah si muda brilian!
Pengetahuannya melampaui zaman!
Darinya kita mengetahui kebusukan lawan!
Ikutilah langkahnya, lurus ke depan!
Kita habisi semua yang berseberangan!”
Yang mengerti hanya tertawa:
“Ia hanya belum memahami yang dibencinya.
Bukankah kita tak sekali ini saja menjumpai orang sepertinya
yang pindah haluan hanya karena keyakinannya yang terdahulu rapuh dan lemah
bukan karena panggilan jiwa atas pemahaman baru yang ilahiah?
Bukankah di tiap agama ada orang sepertinya
yang menganggap kebencian dan caci maki sebagai sesuatu yang lumrah dan sah
asalkan terasa spirituil dan atas nama Allah?
Maka, dengarkanlah saja ia
selama ayat-ayat Tuhan yang disampaikannya
tidak ia pahami dengan ketidakpahamannya
kerna bukankah tak sekali ini saja kita jumpai
orang sepertinya justru membawa perpecahan di agama baru yang ia masuki?
Jalan yang lurus belum tentu mengarah ke tujuan
Maka, dalam hati tetaplah berdoa:
Tuhan, tunjukkanlah aku jalan menuju-Mu
meski itu jalan terjal penuh liku.”
Bekasi, 12 Maret 2018
Norman Adi Satria
Saksikan pembacaan puisinya disini:
Komentar