Menggugat Hujan Bulan Juni – Puisi Norman Adi Satria
Karya: Norman Adi Satria
MENGGUGAT HUJAN BULAN JUNI
Karya: Norman Adi Satria
“tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu
tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu
tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu”
Begitu kata Sapardi dalam Sajak Hujan Bulan Juni.
Seorang muda yang baru saja membacanya ngedumel:
“Halah, sok tahu!
Memangnya dia sudah mengamati
hujan bulan Januari sampai Desember?”
Entah Sapardi pernah mengamati atau tidak,
yang jelas pemuda itu menyangka puisinya adalah jurnal ilmiah
catatan hasil penelitian atas hujan
dengan sebuah kesimpulan bahwa
hujan bulan Januari sampai Mei
dan Juli sampai Desember
tidak sebijak, setabah, dan searif hujan bulan Juni.
Dengan rasa penasaran
pemuda itu selalu mengamati hujan
yang turun di setiap bulan
demi membuktikan apakah Sapardi yang sok tahu
atau dirinyalah yang masih lugu
Apakah hujan bulan Januari
juga merahasiakan rintik rindunya
kepada pohon bunga itu?
Apakah hujan bulan Maret
juga menghapus jejak kakinya yang ragu-ragu
di jalan itu?
Apakah hujan bulan September
juga membiarkan yang tak terucapkan
terserap akar pohon bunga itu?
Jangan, jangan tertawakan pemuda itu
hanya karena logikanya tidak sejalan dengan logikamu!
Lihatlah yang ia lakukan:
mencari pembuktian
bukan sekedar lempar makian.
Jakarta, 21 Juni 2017
Norman Adi Satria
Komentar