Pacaran – Puisi Cinta Norman Adi Satria
Karya: Norman Adi Satria
PACARAN
Karya: Norman Adi Satria
awalnya saya juga tidak percaya
dan selalu bertanya-tanya
kok bisa
setelah saya tanyai dia
“sudah makan atau belum?”
kami langsung jadian
padahal sekali pun saya
belum pernah menanyainya
“mau makan apa, di mana?”
apalagi
“mau tidak jadi pacar saya?”
mungkin benar kata orang
romantisme yang hakikatnya basa basi
memang tidak diperlukan lagi
oleh cewek modern pemegang gadget
yang makannya serba instan seperti nugget
tiap bangun pagi
handphone saya berbunyi
“sayang….” katanya terlihat di notifikasi
“kok kamu belum nanya aku udah makan atau belum?”
seminggu dua minggu
sebulan dua bulan
saya masih bisa tahan
lama-lama saya makin bertanya-tanya
apa masih relevan ucapan nenek saya
“cu, jangan pacaran, berbahaya!”
nah, kalau pacaran tiap hari cuma nanya
udah makan atau belum
itu bahayanya di mana?
di bulan ke tiga
dia makin sering ngambek
pada puncaknya dia murka
“kamu berubah!” katanya
saya heran, apa yang berubah dari saya?
saya masih saya yang seperti biasanya
“kamu nggak pernah lagi nanyain aku udah makan atau belum!”
saking kesalnya
saya cipok saja bibirnya
“nih, baru pacaran!” ucap saya
sebel saya
eh, dia minta putus
“kamu jahat!” katanya
dua hari kemudian
dia minta balikan
“maafin aku ya.” rengeknya
saya belai rambutnya
“kamu udah makan atau belum?”
“nggak usah nanya itu lagi.”
“terus?”
dia menciumi bibir saya
sampai saya megap-megap
dia buka satu per satu kancing bajunya
dia buka resleting celana saya
“wah, relevan nih, relevan.” ucap saya
“relevan?” tanyanya
“ternyata ucapan nenek masih relevan.”
“apaan sih?”
“berbahaya. pacaran berbahaya.”
“ya udah, nggak jadi aja.” dia tutup lagi resleting saya
“iya… jangan ya, sayang… kita makan aja, yuk.”
“iya… hehehe… by the way, nugget kamu boleh juga.”
“hussy..! berbahaya!”
“oya, tapi pembaca puisimu nanti kecewa lho, adegannya nggak jadi.”
“bodo amat lah!”
Bekasi, 31 Januari 2017
Norman Adi Satria
Komentar