Di Sebuah Hati yang Bukan Perpustakaan – Puisi Norman Adi Satria
Karya: Norman Adi Satria
DI SEBUAH HATI YANG BUKAN PERPUSTAKAAN
Karya: Norman Adi Satria
Sudah puluhan kali wanita itu
singgah memasuki kedalamanku
sekedar membacai puisi yang kutulis di masa lalu.
“Mas, boleh aku membacamu lagi?”
“Silakan, Mbak, tak usah sungkan, anggap saja hati sendiri.”
Dia mulai kelekaran,
membacai puisiku yang kelakaran.
Nampaknya dia bukan wanita biasa
yang mudah dipancing tawanya
bahkan oleh puisiku yang paling jenaka.
“Mbak, tertawa saja,
hatiku bukan perpustakaan yang harus hening kok.”
“Iya, Mas. Nanti aku akan tertawa pada waktunya.”
Wanita itu belum juga tertawa,
mungkin juga belum waktunya.
Entah hingga kapan dia menawan tawa
mungkin bila tak sanggup lagi menahan waktu.
Selang beberapa waktu kemudian
aku melihat pipinya
telah menjadi telaga airmata.
“Mbak menangis?” tanyaku.
“Bagaimana bisa orang lain menertawai puisimu?
Ini sama sekali tidak lucu!” ucapnya, memekakkan telingaku.
“Sssttt.. Tentang hal itu jangan keras-keras, Mbak.
Banyak yang ingin membaca puisi di sini hanya untuk hiburan,
kita tak boleh mengganggu mereka.
Sedangkan Mbak telah memasuki puisi itu terlalu dalam.
Ya, terlalu dalam hingga menyentuh dasar makna.
Rupanya itu yang membuat Mbak tak ingin tertawa.”
Bekasi, 26 Agustus 2014
Norman Adi Satria
Komentar