Cerpen WS Rendra: Ia Punya Leher yang Indah
Karya: WS Rendra
CERPEN: IA PUNYA LEHER YANG INDAH
Karya: WS Rendra
Pagi ini Maryam akan dilukis pelukis Nadjib, tunangannya sendiri. Ia menumpang kereta andong yang ditarik kuda yang disewa Paman Kirdjo secara berlangganan itu sampai ke Pasar Gede, tempat di mana Paman Kirdjo berdagang kelontong, dari sana ia akan terus berjalan ke Gamelan.
“Berangkat jam tujuh pagi itu cukup, kan?” kata Paman Kirdjo kepada kusir. “Jangan lebih siang dari itu, seperti lusa yang lalu!”
“Selalu saya usahakan datang pagi,” kata kusir itu, “tapi, lusa dulu bannya lepas di jalan.”
Bibi Kirdjo minta rokok pada suaminya. Suaminya memberinya rokok sebatang dan keduanya merokok bersama. Kemudian keduanya ngomong tentang dagangan sebagaimana orang lain ngomong tentang politik. Dalam pada itu rokok kreteknya mengeluarkan bunyi yang menyenangkan sewaktu cengkihnya terbakar.
Pagi itu pagi yang baik, dan semua orang di jalan kelihatan bersenang hati belaka. Paman Kirdjo melihat muka Maryam kurang bersinar, lalu bertanya:
“Ada apa Maryam?”
“Ada apa, Paman?”
“Kau sakit perut?”
“Rupaku seperti sakit perut?”
“Kurang lebih begitu.”
“Saya kira ada yang mengganggu pikiranku.”
“Apa itu?”
“Apa aku ini tidak cantik, ya?”
“Engkau merasa begitu?”
“Bukankah memang begitu?”
“Tanya saja bibimu.”
Paman Kirdjo tak mengerti mengapa tiba-tiba Maryam bertanya begitu. Maryam bertanya kepada bibinya.
“Aku ini tidak cantik, ya, Bibi?”
“Siapa bilang?”
“Aku seperti merasa begitu.”
“Ah, omong kosong saja! Jangan dipercaya hati yang usil, Nak!”
Komentar