Penistaan Kuah Soto – Puisi Norman Adi Satria
Karya: Norman Adi Satria
PENISTAAN KUAH SOTO
Karya: Norman Adi Satria
Pak Lurah nyaris dibakar massa
lantaran tanpa sengaja menyinggung kuah soto
yang merupakan salah satu bagian inti dari soto.
“Soto dan kuah soto, tak bisa dipisahkan!
Menghina kuah soto, sama dengan menghina sotonya!”
ujar para pedagang dan pencinta soto
yang merupakan warga mayoritas di desanya.
Debat kusir pun digelar di tanah lapang
layar putih dibentang di tiang gawang
dan secuplik ceramah Pak Lurah disetel ulang
Ormas soto garis keras mendelik berkacak pinggang
“Sodara-sodara, jangan mau diguyur dengan kuah soto!”
ujar Pak Lurah dalam rekaman ceramah itu
diulang sampai seribu.
“Tuh kan, apa saya bilang!
Pak Lurah jelas-jelas melakukan penistaan!
Mana mungkin kuah soto bisa untuk mengguyur masyarakat?
Mana mungkin ada tukang soto yang mengguyurkan kuah sotonya?”
kata profesor persotoan lulusan negeri seberang.
“Hidup soto! Hidup soto!” teriak laskar pembela soto, berang.
Seketika itu juga segala jasa Pak Lurah sirna.
Kini sebagian tukang soto mulai melirik calon Pak Lurah baru
yang gemar icap-icip soto di kedai milik mereka sambil berucap:
“Pak, sotonya lezat! Sayang sekali bila diguyurkan ke orang, terbuang.”
“Nah, itu dia calon Pak Lurah yang kita butuhkan! Yang ngerti soto!”
bisik mereka saat calon Pak Lurah pulang
tanpa melihat dia muntah-muntah di ujung gang.
Bekasi, 18 Oktober 2016
Norman Adi Satria
Komentar