Sajak Rimba Hati – Norman Adi Satria
Karya: Norman Adi Satria
RIMBA HATI
Karya: Norman Adi Satria
Ada rimba di hati tiap manusia
ditumbuhi tanaman lebat
dari cemara, pinus, sawo, hingga ilalang.
Kutilang berbunyi di pucuk cemara
memberi sinyal kepada segala binatang:
Sang Raja Rimba datang.
Raja rimba bukan lagi singa
namun ular penggoda.
Siti Hawa mengenalnya,
Adam mungkin masih dendam padanya.
Ular derik ular beludak
seolah memiliki hak
mengatur segala makhluk
untuk tunduk.
Dia memerintah jangkrik:
“Nyanyikanlah lagu kesunyian,
agar pemilik hati ini kesepian.”
Dia memerintah serigala:
“Teriakkan tangis kesendirian,
agar pemilik hati ini merasa ditinggalkan.”
Tiada yang mampu menyiksa hati begitu dalam selain sunyi.
Raga yang dalam keramaian pun
akan jadi rentan
bila hati tersayat kesepian.
Saat itulah ular dengan mudah
berbisik ke telinga jiwa
menghasutmu agar kecewa,
merasa ditinggalkan oleh sesama
bahkan oleh Sang Maha.
Lalu api kecil dipantik
membakar rerumputan kering
hingga menjalar membakar seluruh rimba,
dan kau mulai menghujat segalanya.
Tiada yang bisa selamat dari kehampaan hati,
kecuali yang tiap hari menyiraminya
dengan hujan doa.
Karena hanya hujan doalah
yang mampu memadamkan api,
membuat sungai syukur mengalir kembali,
mengairi ladang jiwa yang gersang,
dan memberi kekuatan segala makhluk
yang hidup di rimba hati
untuk melawan ular penghasut itu hingga mati.
Bekasi, 31 Mei 2013
Norman Adi Satria
Komentar