Humor Romantis: Jemuran Cinta (Kamu melihat anuku, Dinda?)
Karya: Norman Adi Satria
HUMOR ROMANTIS: JEMURAN CINTA
Karya : Norman Adi Satria
Di balik jemuran kolor, aku mendengar Dinda berbisik pada ibunya, “Lelaki itu, Bu.” Aku pura-pura tak mendengar, sembari terus memeras kolor, meletakkannya di tali jemuran. Agak canggung memang, baru beberapa hari menjadi tetangga, gadis cantik itu sudah membicarakan aku di hadapan ibunya. Ah, mungkinkah ada getar-getar asmara?
“Kamu serius?” terdengar lagi bisikan ibunya. “Iya..” jawab Dinda. “Tapi tak baik, Nak, jika kamu yang mengatakan. Biar dia yang merasa saja.” kata Ibu sambil menepuk bahu Dinda. Tuh kan, nampaknya memang ada rasa yang sengaja disembunyikan. Bukan mustahil jika Dinda, gadis bahenol berambut hitam tergerai itu, memang sudah jatuh hati padaku. Takdir memang tak bisa ditepis. Kalau sudah ganteng, ya ganteng saja, tak peduli sedang melakukan apa, tak terkecuali menjemur kolor yang nampak kumal semua.
Aku mulai berharap adegan menjemur kolor ini segera berakhir dengan sebuah percakapan. Mungkin bisa dimulai dari perkenalan. Karena memang kami secara resmi belum saling sapa dan jabat tangan. Paling-paling hanya lirak-lirik saja, yang segera disudahi ketika ketahuan si pemilik mata.
Di perasan kolor terakhir, aku berdeham, kemudian berkata, “Terus terang lebih baik lho, daripada diam-diam.” Dinda dan ibunya nampak terkaget-kaget mendengar ucapanku itu, salah tingkah bukan main. Dalam kecanggungan, mereka telihat saling berbisik lagi, kini sangat pelan, bahkan aku tak bisa mendengarkan. Saking heningnya, aku bisa mendengar degup jantungku sendiri. Astaga, aku deg-degan! Apa kau juga mendengarnya, Dinda?
Begitu banyak tanda tanya yang bertebaran, berkecambuk dalam benak. Menunggunya ucapkan sepatah kata, atau minimal serpihannya saja. Aku dan Dinda saling tatap, sorot matanya menembusi lubang-lubang jemuran kolorku. Ah, Dinda, bila benar ini adalah momentum cinta pandangan pertama, mengapa harus kolorku yang menjadi saksinya?
“Mas, jangan bengong aja! Lihat celana yang kamu pakai!” ucapan Dinda itu membuyarkan segenap lamunan asmaraku. Terdengar suara cekikian, kemudian mereka seketika lenyap dari pandangan. Saat aku melihat ke bawah, mukaku memerah, ternyata celanaku melorot, dan terlihatlah bahwa semua celana dalam yang kupunya sedang nangkring di jemuran. Astaga Dragon… Kamu melihat anuku, Dinda? Terus kamu pergi begitu saja?
2012
Humor Norman Adi Satria
Reblogged this on Puisi Asmara Cinta and commented:
Begitu banyak tanda tanya yang bertebaran, berkecambuk dalam benak. Menunggunya ucapkan sepatah kata, atau minimal serpihannya saja. Aku dan Dinda saling tatap, sorot matanya menembusi lubang-lubang jemuran kolorku. Ah, Dinda, bila benar ini adalah momentum cinta pandangan pertama, mengapa harus kolorku yang menjadi saksinya?
SukaSuka
Reblogged this on puisijomblo and commented:
Astaga Dragon… Kamu melihat anuku, Dinda? Terus kamu pergi begitu saja?
SukaSuka
Reblogged this on standupuisi.
SukaSuka
Reblogged this on nontonpuisi.
SukaSuka
Reblogged this on Kumpulan Puisi Cinta Paling Galau.
SukaSuka
Reblogged this on Best Romantic Poetry.
SukaSuka
Reblogged this on Puisi Si Cantik and commented:
Hhahahahahaha.. (gitu aja deh komennya)
SukaSuka