Puisi Mengharukan: Bunga untuk Makam Ibu (Kisah anak pemulung di makam ibunya)
Karya: Norman Adi Satria
PUISI BUNGA UNTUK MAKAM IBU
Karya : Norman Adi Satria
Mungkin puluhan, ratusan,
atau ribuan
lalat aneka jenis
telah hinggap di lututnya.
Itu luka karena terjatuh
belum kering sempurna.
Kemarin dia jatuh lagi
saat dikejar petugas satpol
karena dianggap gepeng musiman
di bulan Ramadhan.
Namanya Rendra,
bukan penyair,
dia pemulung kecil,
anak dari bapak yang pemulung juga.
Usianya sepuluh tahun,
tak pernah sekolah sekalipun.
Ibunya meninggal empat puluh hari lalu.
Ayahnya bilang dia meninggal karena keracunan.
Keracunan janji palsu wakil rakyat
yang dipilihnya saat pemilu.
Ini hari mereka datang ke kuburan.
Makamnya adalah sisa tanah di pojok pemakaman
yang orang lain tak mau beli
karena bersebelahan
dengan pembuangan sampah liar.
Dia yang membelinya
dengan menyicil kepada preman kuburan.
Untuk mati pun orang miskin harus sengsara
di negeri huru-hara.
Mereka tak membawa kembang
ataupun air mawar.
Mereka membawa karung,
untuk sekalian memulung.
Sampah-sampah yang menutupi makam
mereka bersihkan.
Sampah yang bisa dijual
mereka masukkan ke karung.
Lalat-lalat mengerubungi luka
di lutut Rendra.
“Makan yang banyak ya, lalat.”
katanya.
Ayahnya yang kelelahan duduk di atas makam, mengamati papan.
Tertulis disana nama: Sri Wulandari.
“Sri, lihat anakmu.
Dia makin lihai memilah sampah.
Semoga dia pun pandai memilah hidup.”
Beberapa menit kemudian
karung Rendra telah penuh.
“Pak, kita dapat banyak hari ini.
Biar aku jual ke juragan di pinggir kali.”
Rendra berlari,
menjual hasil pulungannya.
Tujuh ribu lima ratus rupiah
ia serahkan kepada ayahnya
yang masih duduk di atas makam ibunya.
Dua ribu lima ratus rupiah ayahnya kantongi,
dan lima ribu rupiah dibelikannya bunga.
“Ini bunga hasil keringat anakmu, Sri.”
mereka menabur bunga di atas makam.
Kemudian pulang.
Jakarta, 17 Juli 2013
Kumpulan Puisi Norman Adi Satria
Reblogged this on nontonpuisi and commented:
Mungkin puluhan, ratusan,
atau ribuan
lalat aneka jenis
telah hinggap di lututnya.
Itu luka karena terjatuh
belum kering sempurna.
Kemarin dia jatuh lagi
saat dikejar petugas satpol
karena dianggap gepeng musiman
di bulan Ramadhan.
https://normantis.com/2013/10/05/puisi-mengharukan-bunga-untuk-makam-ibu/
SukaSuka
Reblogged this on Puisi Asmara Cinta and commented:
Namanya Rendra,
bukan penyair,
dia pemulung kecil,
anak dari bapak yang pemulung juga.
Usianya sepuluh tahun,
tak pernah sekolah sekalipun.
SukaSuka
Reblogged this on standupuisi.
SukaSuka
Reblogged this on Best Romantic Poetry.
SukaSuka