Gembala Kupu-kupu – Puisi Norman Adi Satria
Karya: Norman Adi Satria
GEMBALA KUPU-KUPU
Karya: Norman Adi Satria
Dulu,
setidaknya aku
punya seribu kupu-kupu
bersayap biru.
Aku menamainya satu per satu.
Masing-masing namanya: Biru.
Ketika mereka minum madu
aku teriak: Biru!
mereka semua menghampiri aku.
Aku ini bocah penggembala kupu-kupu,
begitu julukan dari ayahku.
Ayah pernah bilang:
jumlah kupu-kupu
sama banyaknya dengan jumlah
manusia yang suka bunga.
Sayang, kini jumlahnya makin sedikit saja.
Bunga tak lagi bermekaran
karena tanamannya mati kepanasan.
Gugur sebelum berkembang
karena matahari makin gersang.
Bunga tak lagi disuka wanita
karena trauma,
sebab lelaki tak lagi memberikannya sebagai tanda cinta
namun hanya rayuan gombal belaka.
Tinggal satu kupu-kupu di halaman rumahku.
Dan kuucapkan padanya:
Biru, terbanglah.
Aku bukan lagi gembala kupu-kupu.
Kupu-kupu itu tak mau pergi,
dan kutemukan tadi pagi mati
di dekat guguran kelopak melati.
Bekasi, 23 September 2013
Norman Adi Satria
Reblogged this on Puisi Asmara Cinta and commented:
Ayah pernah bilang:
jumlah kupu-kupu
sama banyaknya dengan jumlah
manusia yang suka bunga.
Sayang, kini jumlahnya makin sedikit saja.
SukaSuka
Reblogged this on nontonpuisi.
SukaSuka
Reblogged this on standupuisi.
SukaSuka
Reblogged this on Puisi Si Cantik and commented:
Ini puisi buat cowo-cowo yang bisanya gombal doang! Baca!
SukaSuka
Reblogged this on Kumpulan Puisi Cinta Paling Galau and commented:
Ayah pernah bilang:
jumlah kupu-kupu
sama banyaknya dengan jumlah
manusia yang suka bunga.
Sayang, kini jumlahnya makin sedikit saja.
SukaSuka
Reblogged this on Best Romantic Poetry.
SukaSuka