Puisi Renungan Lingkungan: Teluk Penyu di Suatu Pagi
Karya: Norman Adi Satria
PUISI TELUK PENYU DI SUATU PAGI
Karya: Norman Adi Satria
Dua ekor yuyu berlari miring
di atas pasir-pasir kering.
Dua lembar ombak tipis menepi
mengantarkan buih-buih sepi
ke bawah naungan matahari pagi.
Dua ekor blekok
terbang berkelok,
mencari makan
di tepian Nusakambangan.
Dua sejoli mesam-mesem-mesum kesengsem
di dekat Benteng Pendem.
Dua anak nelayan di bawah pohon nyiur
menunggu ayahnya membawa layur
untuk ditukar oleh ibunya dengan sayur.
“Deneng Bapake suwe ya?”
(“Kok Ayah lama ya?”)
“Hus, mengko tulih teka.”
(“Hus, nanti juga datang.”)
“Moga entuk iwak akeh ya..”
(“Semoga dapat banyak ikan ya..”)
“Amin. Nggo tuku sega.”
(“Amin. Untuk beli nasi.”)
Dua perahu menepi,
hanya membawa sepi.
Ikan-ikan telah mati,
atau menghilang pergi
dari lautan yang tercemari.
Cilacap, 2006
Kumpulan Puisi Norman Adi Satria
Catatan: Puisi ini saya tulis usai menjadi juara II ajang pemilihan Duta Wisata Cilacap 2006
bagus puisi nya
SukaSuka
Reblogged this on Kumpulan Puisi Cinta Paling Galau and commented:
Dua ekor blekok
terbang berkelok,
mencari makan
di tepian Nusakambangan.
Dua sejoli mesam-mesem-mesum kesengsem
di dekat Benteng Pendem.
SukaSuka
Reblogged this on standupuisi.
SukaSuka
Reblogged this on nontonpuisi.
SukaSuka
Reblogged this on Best Romantic Poetry.
SukaSuka